Suasana kegiatan salat Jumat para pecandu narkoba dan kelainan perilaku di Inabah 7 Pesantren Suralaya, Tasikmalaya, Jumat (25/03/2016).--Foto: Imam Husein/Jawa Pos

Metode Inabah ala Ponpes Suryalaya Merehabilitasi Pecandu Narkoba

Dari total jutaan penyalahguna narkoba di Indonesia, menurut data dari Badan Narkotika Nasional (BNN) menyebut, ternyata hanya ada sekitar 18.000 atau 0.47 persen yang sudah mendapat layanan rehabilitasi.

Penyebab rendahnya angka rehabilitasi ini, salah satu faktor adalah minimnya tempat untuk merehabilitasi ini. Namun, untung saja—sudah banyak bermunculan pesantren-persantren yang ternyata sukses merehabilitasi para pecandu Narkoba ini.

Salah satu yang paling terkenal adalah Pesantren Suryalaya di Tasikmalaya, Jawa Barat. Dari situs resminya www.suryalaya.org, konsep rehabilitasi yang dipakai disebut inabah.

Menurut (alm) KH Shohibulwafa Tajul Arifinyang sering disebut Abah Anom– etimologi kata Inabah adalah istilah yang berasal dari Bahasa Arab anaba-yunibu yang berarti : mengembalikan. Jadi, inabah juga berarti pengembalian atau pemulihan. Maksud dari ini adalah proses kembalinya seseorang dari jalan yang menjauhi Allah ke jalan yang mendekat ke Allah.

Penggunaan istilah ini juga lazim digunakan dalam Al-Qur’an, khusunya pada surat Luqman surat ke-31 ayat ke-15, Surat ke-42, Al-Syura ayat ke-10; dan pada surat yang lainnya.

Konsep perawatan korban penyalahgunaan narkoba ini adalah mengembalikan orang dari perilaku yang selalu menentang kehendak Allah atau maksiat, kepada perilaku yang sesuai dengan kehendak Allah atau taat.

Dari sudut pandang ilmu pendekatan “tasauf” atau spiritual melalui wadah “Tarekat Qodiriyah Naqsabandiyah” yang dipimpin Abah Anom, maka orang yang sedang mabuk berarti jiwanya sebenarnya sedang tergoncang dan terganggu, Tidak jauh berbeda dengan orang gila sehingga diperlukan metode yang didasarkan pada Al-Qur’an, hadits dan ijtihad para ulama.

Dan secara teknis, metode ini yang mencakup :

1. Mandi.

Lemahnya kesadaran pecandu akibat narkoba bisa dipulihkan dengan mandi dan wudlu. Mandi dan wudlu ini berarti akan mensucikan tubuh dan jiwa sehingga siap untuk ‘kembali’ menghadap Allah Yang Maha Suci.

disamping itu, terdapat makna simbolik dari wudlu berupa mencuci muka, mensucikan bagian tubuh yang mengekspresikan pembersihanjiwa. Kemudianmencuci lengan yang berarti mensucikan perbuatan. Kegiatan membasuh kepala juga berarti sedang mensucikan otak yang mengendalikan seluruh kegiatan badan. Terakhir, saat membasuh kaki berarti mensucikan setiap langkah perbuatan dalam hidup.

2. Sholat.

Pecandu yang telah disucikan oleh prosesi mandi dan wudlu, kemudian akan diajarkan dan dipandu untuk melaksanakan sholat fardhu dan sunnah sesuai dengan metode inabah ini. Tuntunan pelaksanaan sholat fardhu dan sunnah pun disesuaikan dengan ajaran islam dan kurikulum ibadah yang telah dibuat dan disarikan oleh Abah Anom.

3. Talqin Dzikir.

Pecandu yang telah pulih kesadarannya, kemudian diajak berdzikir melalui talqîn dzikr. Talqin dzikir adalah pembelajaran dzikir pada qalbu. Dzikir tidak cukup diajarkan dengan mulut untuk ditirukan dengan mulut pula, melainkan harus dipancarkan dari qalbu untuk dihunjamkan ke dalam qalbu yang di talqin. Yang dapat melakukan talqin dzikir hanyalah orang-orang yang qalbunya sehat (bersih dari syirik) dan kuat (berisi cahaya ilahi).

4. Pembinaan.

Anak bina ditempatkan pada pondok inabah guna mengikuti program Inabah sepanjang 24 jam. Kurikulum pembinaan ditetapkan oleh Abah Anom mencakup mandi dan wudlu, shalat dan dzikir, serta ibadah lainnya.

Dengan metodologi yang dikutip dari situs resmi Pesantren Suralaya ini, terbukti tingkat keberhasilannya sangat tinggi. Tidak heran pesantren yang beralamat di:

Desa Tanjungkerta – Kecamatan Pagerageung 46158, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat – Indonesia, Telp. (0265) 454830-455801 Fax. (0265) 455830 ini sangat terkenal.

Bukan hanya terkenal, namun pernah juga mendapat penghargaan “Distinguished Service Awards” dari IFNGO on Drug Abuse, serta penghargaan dari Pemerintah Republik Indonesia kepada KH.A Shohibulwafa Tajul Arifin atas keberhasilan metode Inabah tersebut serta jasa-jasanya di bidang rehabilitasi korban Narkotika dan Kenakalan remaja.

Walau pun akhirnya Abah Anom meninggal dunia tahun 2012, metoda Inabah yang ditemukannya tetap dipakai oleh penerus pesantrennya.

Selain Itu, ada juga beberapa Pesantren lainnya yang juga membuka program rehabilitasi pecandu narkoba, antara lain:

A. Pondok Pesantren Al Islamy, Pondok ini didirikan oleh mualaf, Anastasius Priharsoyo yang terletak di Pedukuhan Padaan Kulon, Desa Banjarharjo, Kalibawang, Kulonprogo. Pondok pesantren ini sudah berhasil merehabilitasi ribuan pecandu narkotika sejak didirikan pada 1984 silam, pondok ini melakukan pendekatan religi untuk penyembuhan. Disamping itu juga memakai penanganan melalui pendekatan medis umum juga dilakukan.

B. Pesantren Rehabilitasi Mental Az-Zainy, Pondok Pesantren ini didirikan oleh KH Zain Baik yang akrab dipanggil Gus Zain. Menurut Gus Zain, ia termotivasi untuk pondok pesantren rehabilitas narkoba ini karena selama ini sudah terlalu banyak pesantren lain hanya mengkhususkan membina orang waras. Padahal pecandu narkoba juga mempunyai hak untuk sembuh dan mempunyai hak untuk mendapatkan ilmu ahlak dan umum.

Nah, dari beberapa yang disebutkan diatas—tentu masih banyak lagi pesantren lain yang mempunyai niat yang sama walau mungkin berbeda secara teknis konsep dan metode. Namun apa pun konsep dan metodenya. Semuanya sangat bermanfaat untuk memberikan alternatif rehabilitasi bagi korban yang berniat sembuh atau disembuhkan.

manaqib id

Pentingnya Mengenal Allah, Rasulullah dan Agama Islam

Al-Imām Ahmad rahimahullāh telah mengeluarkan di dalam Musnad-nya sebuah hadits yang asalnya ada di dalam Shahīh Muslim, yang isinya bahwa:

◆ Setiap manusia apabila dikuburkan maka akan ditanya oleh 2 orang malaikat tentang 3 perkara :
⑴ Siapa Tuhanmu?
⑵ Siapa Nabimu? dan
⑶ Apa Agamamu?

Oleh karena itu kewajiban seorang Muslim dan juga Muslimah untuk mempersiapkan diri. Dan perlu diketahui bahwasanya untuk menjawab pertanyaan tersebut tidak cukup dengan menghafal. Sebab seandainya menghafal itu cukup niscaya orang munafik bisa menjawab pertanyaan.

Tapi perkaranya di sini, kaum muslimin perlu pemahaman dan juga pengamalan. Barangsiapa yang di dunia, dia :

✓Mengenal Allāh dan memenuhi hakNya,
✓Mengenal Nabi Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam dan memenuhi haknya,
✓Mengenal agama Islam dan mengamalkan isinya,

Maka diharapkan dia bisa menjawab pertanyaan dengan baik dan mendapatkan kenikmatan di dalam kuburnya. Namun apabila dia :

✘ Tidak mengenal siapa Allāh dan tidak memenuhi hakNya,
✘ Tidak mengenal Nabi Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam dan juga tidak memenuhi haknya,
✘ Tidak atau kurang mengenal ajaran Islam dan tidak mengamalkannya,

Maka ditakutkan dia tidak bisa menjawab pertanyaan (dan) akibatnya siksa kubur yang akan dia dapatkan. Semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla memudahkan kita, keluarga kita dan orang-orang yang kita cintai untuk bisa mengenal Allāh, mengenal Nabi Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam dan juga mengenal agamanya.

alquran-_130702103109-621

Kemuliaan Ilmu dan Ulama

Imam al-Ajurri meriwayatkan dengan sanadnya dari Abud Darda’radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh keutamaan seorang ahli ilmu di atas ahli ibadah adalah laksana keutamaan bulan purnama di atas seluruh bintang-gemintang. Sesungguhnya para ulama adalah pewaris nabi-nabi. Sedangkan para nabi tidak mewariskan uang dinar ataupun dirham, akan tetapi mereka mewariskan ilmu. Barangsiapa yang mengambil ilmu itu niscaya dia memperoleh jatah warisan yang sangat banyak.” (lihat Akhlaq al-’Ulama, hal. 22)

Imam al-Ajurri meriwayatkan dengan sanadnya dari Zur bin Hubaisy. Dia berkata: Shofwan bin ‘Asal al-Muradi mengabarkan kepada kami. Dia berkata: Aku pernah datang menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka aku berkata, “Wahai Rasulullah, aku datang untuk menuntut ilmu.” Beliau pun menjawab, “Selamat datang, wahai penuntut ilmu. Sesungguhnya penuntut ilmu diliputi oleh para malaikat dan mereka menaunginya dengan sayap-sayap mereka. Kemudian sebagian mereka menaiki sebagian yang lain sampai ke langit dunia, karena kecintaan mereka terhadap apa yang mereka lakukan.” (lihat Akhlaq al-’Ulama, hal. 37)

Ibnu Wahb meriwayatkan dari Imam Malik. Imam Malik berkata: Aku mendengar Zaid bin Aslam -gurunya- menafsirkan firman Allah ta’ala (yang artinya), “Kami akan mengangkat kedudukan orang-orang yang Kami kehendaki.” (QS. Yusuf: 76). Beliau berkata, “Yaitu dengan ilmu.” (lihat Syarh Shahih al-Bukhari karya Ibnu Baththal [1/133], Umdat al-Qari [2/5], dan Fath al-Bari [1/172])

Imam al-Ajurri meriwayatkan dengan sanadnya dari Mujahid mengenai makna firman Allah (yang artinya), “Allah berikan hikmah kepada siapa pun yang dikehendaki-Nya.”Mujahid menafsirkan, “Yaitu ilmu dan fikih/pemahaman.” (lihat Akhlaq al-’Ulama, hal. 19)

Imam al-Ajurri meriwayatkan dengan sanadnya dari Mujahid tentang maksud firman Allah ‘azza wa jalla (yang artinya), “Dan ulil amri di antara kalian.” Beliau menjelaskan,“Yaitu para fuqoha’ dan ulama.” (lihat Akhlaq al-’Ulama, hal. 21)

Imam al-Ajurri meriwayatkan dengan sanadnya dari al-Hasan, bahwa Abud Darda’radhiyallahu’anhu berkata, “Perumpamaan para ulama di tengah-tengah umat manusia bagaikan bintang-bintang di langit yang menjadi penunjuk arah bagi manusia.” (lihatAkhlaq al-’Ulama, hal. 29)

Imam al-Ajurri meriwayatkan dengan sanadnya dari Sa’id bin Jubair, dari Ibnu Abbasradhiyallahu’anhuma, beliau mengatakan, “Seorang pengajar kebaikan dan orang yang mempelajarinya dimintakan ampunan oleh segala sesuatu, sampai ikan di dalam lautan sekalipun.” (lihat Akhlaq al-’Ulama, hal. 43-44)

Petaka Lenyapnya Ilmu

Dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Sebagian di antara tanda dekatnya hari kiamat adalah diangkatnya ilmu, kebodohan merajalela, khamr ditenggak, dan perzinaan merebak.” (HR. Bukhari dalam Kitab al-’Ilm[80] dan Muslim dalam Kitab al-’Ilm [2671])

Hancurnya alam dunia ini -dengan terjadinya kiamat- akan didahului dengan hancurnya pilar-pilar penegak kemaslahatan hidup manusia yang menopang urusan dunia dan akherat mereka. Di antara pilar tersebut adalah; agama, akal, dan garis keturunan/nasab. Rusaknya agama akibat hilangnya ilmu. Rusaknya akal akibat khamr. Adapun rusaknya nasab adalah karena praktek perzinaan yang merajalela di mana-mana (lihat Fath al-Bari[1/218])

Yang dimaksud terangkatnya ilmu bukanlah dicabutnya ilmu secara langsung dari dada-dada manusia. Akan tetapi yang dimaksud adalah meninggalnya para ulama atau orang-orang yang mengemban ilmu tersebut (lihat Fath al-Bari [1/237]).

Hal itu telah dijelaskan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits Abdullah bin Amr al-Ash radhiyallahu’anhuma“Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu itu secara tiba-tiba -dari dada manusia- akan tetapi Allah mencabut ilmu itu dengan cara mewafatkan para ulama. Sampai-sampai apabila tidak tersisa lagi orang alim maka orang-orang pun mengangkat pemimpin-pemimpin dari kalangan orang yang bodoh. Mereka pun ditanya dan berfatwa tanpa ilmu. Mereka itu sesat dan menyesatkan.” (HR. Bukhari dalam Kitab al-’Ilm [100] dan Muslim dalam Kitab al-’Ilm [2673])

Di dalam riwayat Ahmad dan Thabrani dari jalan Abu Umamah radhiyallahu’anhudisebutkan bahwa ketika Hajjatul Wada’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Ambillah ilmu sebelum sebelum ia dicabut atau diangkat.” Maka ada seorang Badui yang bertanya, “Bagaimana ia diangkat?”. Maka beliau menjawab, “Ketahuilah, hilangnya ilmu adalah dengan perginya (meninggalnya) orang-orang yang mengembannya.” (lihat Fath al-Bari [1/237-238])

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “… Kebutuhan kepada ilmu di atas kebutuhan kepada makanan, bahkan di atas kebutuhan kepada nafas. Keadaan paling buruk yang dialami orang yang tidak bisa bernafas adalah kehilangan kehidupan jasadnya. Adapun lenyapnya ilmu menyebabkan hilangnya kehidupan hati dan ruh.

Oleh sebab itu setiap hamba tidak bisa terlepas darinya sekejap mata sekalipun. Apabila seseorang kehilangan ilmu akan mengakibatkan dirinya jauh lebih jelek daripada keledai. Bahkan, jauh lebih buruk daripada binatang di sisi Allah, sehingga tidak ada makhluk apapun yang lebih rendah daripada dirinya ketika itu.” (lihat al-’Ilmu, Syarafuhu wa Fadhluhu, hal. 96)

Dari Abu Musa al-Asy’ari radhiyallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Perumpamaan petunjuk dan ilmu yang Allah utus aku untuk mendakwahkannya laksana hujan deras yang membasahi bumi. Di muka bumi itu ada tanah yang baik sehingga bisa menampung air dan menumbuhkan berbagai jenis pohon dan tanam-tanaman. Adapula jenis tanah yang tandus sehingga bisa menampung air saja dan orang-orang mendapatkan manfaat darinya.

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Allah subhanahu menjadikan ilmu bagi hati laksana air hujan bagi tanah. Sebagaimana tanah/bumi tidak akan hidup kecuali dengan curahan air hujan, maka demikian pula tidak ada kehidupan bagi hati kecuali dengan ilmu.” (lihatal-’Ilmu, Syarafuhu wa Fadhluhu, hal. 227). Wallahu a’lam.

Mereka mengambil air minum untuk mereka sendiri, untuk ternak, dan untuk mengairi tanaman. Hujan itu juga menimpa tanah yang licin, ia tidak bisa menahan air dan tidak pula menumbuhkan tanam-tanaman. Demikian itulah perumpamaan orang yang paham tentang agama Allah kemudian ajaran yang kusampaikan kepadanya memberi manfaat bagi dirinya. Dia mengetahui ilmu dan mengajarkannya. Dan perumpamaan orang yang tidak mau peduli dengan agama dan tidak mau menerima hidayah Allah yang aku sampaikan.” (HR. Bukhari)

Imam al-Qurthubi rahimahullah menjelaskan segi keserupaan antara hujan dengan ilmu agama. Beliau berkata, “Sebagaimana hujan akan menghidupkan tanah yang mati (gersang), demikian pula ilmu-ilmu agama akan menghidupkan hati yang mati.” (lihat Fath al-Bari [1/215]).

Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi
Artikel Muslim.Or.Id