MILAD PPS & HAOL 2017_5

Peringatan Milad Pontren Suryalaya Dan Haol Syekh KH. Ahmad Shohiulwafa Tajul Arifin ra. (Abah Anom)

Bertepatan dengan tanggal 4 September 2017 Pondok Pesantren Suryalaya mengadakan acara MILAD Pontren Suryalaya dan Tahlil untuk Almarhum Syekh KH. Ahmad Shohibulwafa Tajul Arifin ra. (Abah Anom).

Menjelang sore hari, sekitar pukul 15.15 WIB Para Dosen, Guru, Ustadz/ustadzah, santriwan/santriwati serta para ikhwan/Akhwat Tarekat Qodiriyah Naqsyabandiyah yang ada dilingkungan Pondok Pesantren Suryalaya telah memenuhi Mesjid Nurul Asror untuk melaksanakan shalat ashar berjamaah, dzikir dilanjutkan dengan khataman. Setelah selesai khataman kemudian mengikuti MILAD Pontren Suryalaya dan Haol Syekh KH. Ahmad Shohibulwafa Tajul Arifin ra. (Abah Anom) yang bertempat di Puncak Makam Suryalaya.

abah-anom-copy-700x336

KH. Shohibulwafa Tajul Arifin, Abah Anom Pesantren Suryalaya

KH. A Shohibulwafa Tajul Arifin yang dikenal dengan nama Abah Anom, dilahirkan di Suryalaya tanggal 1 Januari 1915. Beliau adalah putra kelima Syaikh Abdullah bin Nur Muhammad, pendiri Pondok Pesantren Suryalaya, dari ibu yang bernama Hj Juhriyah. Pada usia delapan tahun Abah Anom masuk Sekolah Dasar (Verfolg School) di Ciamis antara tahun 1923-1928.

Kemudian ia masuk Sekolah Menengah semacan Tsanawiyah di Ciawi Tasikmalaya. Pada tahun 1930 Abah Anom memulai perjalanan menuntut ilmu agama Islam secara lebih khusus. Beliau belajar ilmu fiqih dari seorang Kyai terkenal di Pesantren Cicariang Cianjur, kemudian belajar ilmu fiqih, nahwu, sorof dan balaghahkepada Kyai terkenal di Pesantren Jambudipa Cianjur. Setelah kurang lebih dua tahun di Pesantren Jambudipa, beliau melanjutkan ke Pesantren Gentur, Cianjur yang saat itu diasuh oleh Ajengan Syatibi.

Dua tahun kemudian (1935-1937) Abah Anom melanjutkan belajar di Pesantren Cireungas, Cimelati Sukabumi. Pesantren ini terkenal sekali terutama pada masa kepemimpinan Ajengan Aceng Mumu yang ahli hikmah dan silat. Dari Pesatren inilah Abah Anom banyak memperoleh pengalaman dalam banyak hal, termasuk bagaimana mengelola dan memimpin sebuah pesantren. Beliau telah meguasai ilmu-ilmu agama Islam. Oleh karena itu, pantas jika beliau telah dicoba dalam usia muda untuk menjadi Wakil Talqin Abah Sepuh.

Percobaan ini nampaknya juga menjadi ancang-ancang bagi persiapan memperoleh pengetahuan dan pengalaman keagaman di masa mendatang. Kegemarannya bermain silat dan kedalaman rasa keagamaannya diperdalam lagi di Pesantren Citengah, Panjalu, yang dipimpin oleh H. Junaedi yang terkenal sebagai ahli alat, jago silat, dan ahli hikmah.

Setelah menginjak usia dua puluh tiga tahun, Abah Anom menikah dengan Euis Siti Ru’yanah. Setelah menikah, kemudian ia berziarah ke Tanah Suci. Sepulang dari Mekah, setelah bermukim kurang lebih tujuh bulan (1939), dapat dipastikan Abah Anom telah mempunyai banyak pengetahuan dan pengalaman keagamaan yang mendalam. Pengetahuan beliau meliputi tafsir, hadits, fiqih, kalam, dan tasawuf yang merupakan inti ilmu agama.

Oleh Karena itu, tidak heran jika beliau fasih berbahasa Arab dan lancar berpidato, baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Sunda, sehingga pendengar menerimanya di lubuk hati yang paling dalam. Beliau juga amat cendekia dalam budaya dan sastra Sunda setara kepandaian sarjana ahli bahasa Sunda dalam penerapan filsafat etnik Kesundaan, untuk memperkokohThariqah Qadiriyah Naqsabandiyah. Bahkan baliaupun terkadang berbicara dalam bahasa Jawa dengan baik.

Ketika Abah Sepuh Wafat, pada tahun 1956, Abah Anom harus mandiri sepenuhnya dalam memimpin pesantren. Dengan rasa ikhlas dan penuh ketauladan, Abah Anom gigih menyebarkan ajaran Islam. Pondok Pesantren Suryalaya, dengan kepemimpinan Abah Anom, tampil sebagai pelopor pembangunan perekonomian rakyat melalui pembangunan irigasi untuk meningkatkan pertanian, membuat kincir air untuk pembangkit tenaga listrik, dan lain-lain.

Dalam perjalanannya, Pondok Pesantren Suryalaya tetap konsisten kepada Tanbih, wasiat Abah Sepuh yang diantara isinya adalah taat kepada perintah agama dan negara. Maka Pondok Pesantren Suryalaya tetap mendukung pemerintahan yang sah dan selalu berada di belakangnya.

Di samping melestarikan dan menyebarkan ajaran agama Islam melalui metode Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah. Abah Anom juga sangat konsisten terhadap perkembangan dan kebutuhan masyarakat. Maka sejak tahun 1961 didirikan Yayasan Serba Bakti dengan berbagai lembaga di dalamnya termasuk pendidikan formal mulai TK, SMP Islam, SMU, SMK, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah, Madrasah Aliyah kegamaan, Perguruan Tinggi (IAILM) dan Sekolah Tinggi Ekonomi Latifah Mubarokiyah serta Pondok Remaja Inabah.

Didirikannya Pondok Remaja Inabah sebagai wujud perhatian Abah Anom terhadap kebutuhan umat yang sedang tertimpa musibah. Berdirinya Pondok Remaja Inabah membawa hikmah, di antaranya menjadi jembatan emas untuk menarik masyarakat luas, para pakar ilmu kesehatan, pendidikan, sosiologi, dan psikologi, bahkan pakar ilmu agama mulai yakin bahwa agama Islam dengan berbagai disiplin Ilmunya termasuk tasawuf dan tarekat mampu merehabilitasi kerusakan mental dan membentuk daya tangkal yang kuat melalui pemantapan keimanan dan ketakwaan dengan pengamalan Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah.

Dalam melaksanakan tugas sehari-hari, Abah Anom menunjuk tiga orang pengelola, yaitu KH. Noor Anom Mubarok BA, KH. Zaenal Abidin Anwar, dan H. Dudun Nursaiduddin.

manaqib id

Belajar dari Pesantren Suryalaya

Anu matak ulah rek kajongjonan, ngeunah dewek henteu lian.” Kalimat itu kurang lebih bermakna janganlah acuh tak acuh dan hanya menyenangkan diri sendiri. Ini merupakan penggalan petuah almarhum Syekh Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad atau Abah Sepuh.

Beliau merupakan pendiri Pesantren Patapan Suryalaya Kajembaran Rahmaniyah atau disingkat dengan Suryalaya, Tanjungkerta Pageurageung, Tasikmalaya, Jawa Barat. Petuah itu terabadikan dalam risalah Tanbih.

Kumpulan wasiat itu hingga sekarang menjadi pegangan bagi para santri dan pengikut Tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah (TQN) di Suryalaya. Ada empat poin utama nasihat yang disampaikan penyebar tarekat tersebut di wilayah Jawa Barat.

Pada intinya, menekankan keseimbangan dalam segala hal. Cinta agama, harus taat pada negara, saleh ritual, juga harus peka sosial. Singkat kata, keempat poin tersebut menekankan pentingnya kesalehan sosial mengiringi kesalehan individual.

Sina logor dina liang jarum, ulang sereg di buana. Hendaklah bersikap budiman, tertib, dan damai. Jangan sesekali timbul persengketaan, tidak lain tujuannya adalah budi utama jasmani sempurna (cageur-bageur).

Sejak berdiri pada 5 September 1905 di bawah kepemimpinan tokoh yang dikenal dengan Abah Sepuh tersebut, pesantren menjadi simbol sekaligus bukti dari keluhuran Islam. Kehadirannya menjadi oase di tengah kegersangan mental dan keterpurukan fisik warga setempat.

Kekuatan spiritual keluarga besar pesantren tak bersifat rigid, terkungkung, justru menjelma menjadi daya dorong luar biasa bagi terciptanya perbaikan sebab itulah hakikat Islam. Sebuah perubahan.

Abah Sepuh yang wafat pada 25 Januari 1956 mampu mewujudkan Islam sebagai jalan hidup. Tidak hanya secara vertikal, tetapi juga horizontal, seperti membangun irigasi serta bendungan yang lantas disebut dengan Bendungan Nur Muhammad.

Untuk mendongkrak perekonomian, Abah Sepuh mendirikan pasar. Kepedulian terhadap lingkungan juga mendarah daging kepada ahli warisnya, yakni KH Shohibul Wafa Tajul Arifin.

Di bawah kearifannya, Pesantren Suryalaya ibarat sang surya yang menebarkan manfaat bagi alam semesta. Selaras dengan arti kata Suryalaya itu sendiri. Surya berarti matahari sedangkan laya bermakna terbit.

Tonggak prestasi figur yang akrab disapa Abah Anom itu ialah mendirikan Pesantren Remaja Inabah pada 1971. Pesantren tersebut unik lantaran menggunakan ajaran dan tuntunan agama untuk terapi penyembuhan para korban penyalahgunaan narkoba.

Menteri Agama Suryadharma Ali menaruh hormat atas sumbangsih Suryalaya. Umat Islam saat ini dituntut berperan aktif bagi masyarakat di berbagai bidang, mulai dari keagamaan, sosial, ekonomi, hingga politik.

Bermodalkan kepekaan terhadap sesama dan lingkungan serta bekal sumber daya manusia yang mumpuni, umat mesti menjadi tonggak perubahan bangsa dan negara.

Bila masyarakat miskin, ini berarti umat Islam miskin. Jika sejahtera, maknanya Muslim sejahtera. “Kuncinya di umat Islam,” kata Suryadharma saat menghadiri peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Suryalaya.

a

Kisah Karomah Abah Anom, Gelas Berisi Ikan

KH A Shohibulwafa Tajul Arifin yang dikenal dengan nama Abah Anom, dilahirkan di Suryalaya, Tasikmalaya, Jawa Barat, pada 1 Januari 1915. Ia adalah putra kelima Syaikh Abdullah bin Nur Muhammad, pendiri Pesantren Suryalaya, dari ibu yang bernama Juhriyah.

Ketika berusia 23 tahun, Abah Anom menikah dengan Euis Siti Ru’yanah. Setelah menikah, ia berziarah ke Tanah Suci. Selama Ramadhan, Abah rajin mengikuti pengajian bandungan di Masjidil Haram yang disampaikan guru-guru dari Mekkah atau Mesir.

Ketika di Mekkah, Abah Anom terbiasa tidur di atas pasir di Masjidil Haram (pada masa itu sebagian lantai masjidil Haram masih berupa pasir) dan setiap pagi ia bangun. Ia rajin mengunjungi ribat naqsabandi di jabal Gubaisy untuk muzakarah kitab Sirrul Asror dan Ganiyyat Al-Talibin karya Sayyidi Syeikh Abdul Qodir Aj-Jaelani.

Abah pulang dari Mekkah, setelah bermukim kurang lebih tujuh bulan (1939). Ia telah mempunyai banyak pengetahuan dan pengalaman keagamaan.

Pengetahuannya meliputi tafsir, hadits, fikih, kalam, dan tasawuf yang merupakan inti ilmu agama. Abah Anom dikenal sebagai tokoh Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah. Ketika Abah Sepuh wafat, pada tahun 1956, Abah Anom memimpin Pesantren Suryalaya.

Banyak tersebar kisah karomah Abah Anom seperti yang dituliskan di buku-buku latar belakang dan perkembangan Pesantren Suryalaya. Ada sebuah kisah tentang Abah Anom menghadapi seorang kapten yang akan menjajal ilmu Abah Anom. Seorang kapten dan anak buahnya mendatangi Pesantren Suryalaya.

Ia membawa sebuah batu kali dari kantongnya sebesar tinju. Batu itu diletakkan di sebelah telapak tangan kirinya, kemudian tangan kanannya satu kali pukul saja batu tersebut telah terbelah dua. Dia berikan kedua belahan batu itu kepada Abah dengan sikap sombong.

Abah Anom mengambil batu itu dan meremas batu itu, kemudian jadilah batu itu hancur laksana tepung. Si kapten terbelalak matanya tetapi ia belum putus asa dan masih penasaran.

Tiba-tiba Abah Anom meminta segelas air kepada tukang masak di dapur, yang segera datang di hadapan Abah Anom. Gelas berisi air itu diberikan kepada si kapten yang dilihatnya ada ikan dalam gelas.

Kapten itu segera bergaya seperti orang yang memancing dan ikan itu seolah terkait di alat pancing. Dia tunjukkan dengan sombong ikan itu terpancing dari gelas itu kepada Abah Anom.

Tetapi, tiba-tiba di lantai, di hadapan si kapten menggeletar seekor ikan besar yang kemudian dengan isyarat jari telunjuk saja oleh Abah Anom, ikan itu seperti terkait dengan pancingan telunjuk Abah Anom.

Belum sempat sang kapten menunjukkan ketakjubannya lagi, Abah Anom seolah memegang ketapel, dia mengarahkan ketapel itu ke atas atap rumah dan sesudah ditariknya tiba-tiba jatuhlah seekor burung yang rupanya kena tembakan ketapel.

Sang kapten bersujud di depan Abah Anom, diletakkannya lututnya kepada lutut Anom Anom, mengaku kalah dan meminta maaf, serta minta ditalqinkan untuk menganut dan mengamalkan Pesantren Suryalaya.

Suasana kegiatan salat Jumat para pecandu narkoba dan kelainan perilaku di Inabah 7 Pesantren Suralaya, Tasikmalaya, Jumat (25/03/2016).--Foto: Imam Husein/Jawa Pos

Metode Inabah ala Ponpes Suryalaya Merehabilitasi Pecandu Narkoba

Dari total jutaan penyalahguna narkoba di Indonesia, menurut data dari Badan Narkotika Nasional (BNN) menyebut, ternyata hanya ada sekitar 18.000 atau 0.47 persen yang sudah mendapat layanan rehabilitasi.

Penyebab rendahnya angka rehabilitasi ini, salah satu faktor adalah minimnya tempat untuk merehabilitasi ini. Namun, untung saja—sudah banyak bermunculan pesantren-persantren yang ternyata sukses merehabilitasi para pecandu Narkoba ini.

Salah satu yang paling terkenal adalah Pesantren Suryalaya di Tasikmalaya, Jawa Barat. Dari situs resminya www.suryalaya.org, konsep rehabilitasi yang dipakai disebut inabah.

Menurut (alm) KH Shohibulwafa Tajul Arifinyang sering disebut Abah Anom– etimologi kata Inabah adalah istilah yang berasal dari Bahasa Arab anaba-yunibu yang berarti : mengembalikan. Jadi, inabah juga berarti pengembalian atau pemulihan. Maksud dari ini adalah proses kembalinya seseorang dari jalan yang menjauhi Allah ke jalan yang mendekat ke Allah.

Penggunaan istilah ini juga lazim digunakan dalam Al-Qur’an, khusunya pada surat Luqman surat ke-31 ayat ke-15, Surat ke-42, Al-Syura ayat ke-10; dan pada surat yang lainnya.

Konsep perawatan korban penyalahgunaan narkoba ini adalah mengembalikan orang dari perilaku yang selalu menentang kehendak Allah atau maksiat, kepada perilaku yang sesuai dengan kehendak Allah atau taat.

Dari sudut pandang ilmu pendekatan “tasauf” atau spiritual melalui wadah “Tarekat Qodiriyah Naqsabandiyah” yang dipimpin Abah Anom, maka orang yang sedang mabuk berarti jiwanya sebenarnya sedang tergoncang dan terganggu, Tidak jauh berbeda dengan orang gila sehingga diperlukan metode yang didasarkan pada Al-Qur’an, hadits dan ijtihad para ulama.

Dan secara teknis, metode ini yang mencakup :

1. Mandi.

Lemahnya kesadaran pecandu akibat narkoba bisa dipulihkan dengan mandi dan wudlu. Mandi dan wudlu ini berarti akan mensucikan tubuh dan jiwa sehingga siap untuk ‘kembali’ menghadap Allah Yang Maha Suci.

disamping itu, terdapat makna simbolik dari wudlu berupa mencuci muka, mensucikan bagian tubuh yang mengekspresikan pembersihanjiwa. Kemudianmencuci lengan yang berarti mensucikan perbuatan. Kegiatan membasuh kepala juga berarti sedang mensucikan otak yang mengendalikan seluruh kegiatan badan. Terakhir, saat membasuh kaki berarti mensucikan setiap langkah perbuatan dalam hidup.

2. Sholat.

Pecandu yang telah disucikan oleh prosesi mandi dan wudlu, kemudian akan diajarkan dan dipandu untuk melaksanakan sholat fardhu dan sunnah sesuai dengan metode inabah ini. Tuntunan pelaksanaan sholat fardhu dan sunnah pun disesuaikan dengan ajaran islam dan kurikulum ibadah yang telah dibuat dan disarikan oleh Abah Anom.

3. Talqin Dzikir.

Pecandu yang telah pulih kesadarannya, kemudian diajak berdzikir melalui talqîn dzikr. Talqin dzikir adalah pembelajaran dzikir pada qalbu. Dzikir tidak cukup diajarkan dengan mulut untuk ditirukan dengan mulut pula, melainkan harus dipancarkan dari qalbu untuk dihunjamkan ke dalam qalbu yang di talqin. Yang dapat melakukan talqin dzikir hanyalah orang-orang yang qalbunya sehat (bersih dari syirik) dan kuat (berisi cahaya ilahi).

4. Pembinaan.

Anak bina ditempatkan pada pondok inabah guna mengikuti program Inabah sepanjang 24 jam. Kurikulum pembinaan ditetapkan oleh Abah Anom mencakup mandi dan wudlu, shalat dan dzikir, serta ibadah lainnya.

Dengan metodologi yang dikutip dari situs resmi Pesantren Suralaya ini, terbukti tingkat keberhasilannya sangat tinggi. Tidak heran pesantren yang beralamat di:

Desa Tanjungkerta – Kecamatan Pagerageung 46158, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat – Indonesia, Telp. (0265) 454830-455801 Fax. (0265) 455830 ini sangat terkenal.

Bukan hanya terkenal, namun pernah juga mendapat penghargaan “Distinguished Service Awards” dari IFNGO on Drug Abuse, serta penghargaan dari Pemerintah Republik Indonesia kepada KH.A Shohibulwafa Tajul Arifin atas keberhasilan metode Inabah tersebut serta jasa-jasanya di bidang rehabilitasi korban Narkotika dan Kenakalan remaja.

Walau pun akhirnya Abah Anom meninggal dunia tahun 2012, metoda Inabah yang ditemukannya tetap dipakai oleh penerus pesantrennya.

Selain Itu, ada juga beberapa Pesantren lainnya yang juga membuka program rehabilitasi pecandu narkoba, antara lain:

A. Pondok Pesantren Al Islamy, Pondok ini didirikan oleh mualaf, Anastasius Priharsoyo yang terletak di Pedukuhan Padaan Kulon, Desa Banjarharjo, Kalibawang, Kulonprogo. Pondok pesantren ini sudah berhasil merehabilitasi ribuan pecandu narkotika sejak didirikan pada 1984 silam, pondok ini melakukan pendekatan religi untuk penyembuhan. Disamping itu juga memakai penanganan melalui pendekatan medis umum juga dilakukan.

B. Pesantren Rehabilitasi Mental Az-Zainy, Pondok Pesantren ini didirikan oleh KH Zain Baik yang akrab dipanggil Gus Zain. Menurut Gus Zain, ia termotivasi untuk pondok pesantren rehabilitas narkoba ini karena selama ini sudah terlalu banyak pesantren lain hanya mengkhususkan membina orang waras. Padahal pecandu narkoba juga mempunyai hak untuk sembuh dan mempunyai hak untuk mendapatkan ilmu ahlak dan umum.

Nah, dari beberapa yang disebutkan diatas—tentu masih banyak lagi pesantren lain yang mempunyai niat yang sama walau mungkin berbeda secara teknis konsep dan metode. Namun apa pun konsep dan metodenya. Semuanya sangat bermanfaat untuk memberikan alternatif rehabilitasi bagi korban yang berniat sembuh atau disembuhkan.

manaqib

Jusuf Kalla : Saya Sering Berkunjung ke Pesantren Suryalaya

Cawapres Jusuf Kalla mengaku sering datang ke Pondok Pesantren Suryalaya, Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Selain berziarah ke makam Abah Anom, JK datang ke pesantren ini karena ingin melihat kemajuan lembaga pendidikan Islam di wilayah Tasikmalaya Utara tersebut.

“Saya bukan pertama kali ke sini. Saya sudah sering berkunjung ke sini. Jadi bukan hanya tujuan untuk pencalonan saya saja. Saya silaturahim bersama para ulama dan melihat kemajuan di sini,” jelas JK kepada wartawan seusai berziarah ke makam Abah Anom yang lokasinya masih di kawasan pesantren, Rabu (25/6/2014) siang.

Menurut JK, pesantren ini terkenal dengan terapi pengobatan bagi para pecandu narkoba melalui lembaga Inabah. Ia pun berharap nantinya tempat pengobatan ini akan terus berkembang dan akan lebih memberikan kontribusi bagi negara. “Pesantren ini kan terkenal dengan terapi pengobatan bagi pecandu narkoba,” kata JK.

Diberitakan sebelumnya, JK mendatangi Pondok Pesantren Suryalaya, Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, menggunakan helikopter. Ia disambut antusias oleh pimpinan pesantren bersama keluarga besarnya saat tiba di pesantren. JK pun berziarah ke makam Abah Anom dan almarhum Abah Sepuh.

Pondok Pesantren Suryalaya di wilayah Tasikmalaya Utara ini terkenal sering dikunjungi oleh presiden Indonesia dan pejabat penting negara lainnya. Apalagi mulai masa orde baru sampai sekarang, para petinggi Partai Golkar sering bersilaturahim ke pesantren ini. Pesantren ini pun terkenal memiliki hubungan erat dengan Partai Golkar.