Ditulis oleh Drs. Asep Haerul Gani, ikhwan TQN Pontren Suryalaya yang menekuni dunia psikologi. Selama 2 hari (11/9 sd 12/9) ia berada di Lombok berbagi kisah penanganan korban bencana untuk para penyintas.
Rabu, 12 September 2018
Usai sarapan pagi, tim SS SAIM yang dipimpin Ustadz Aziz dan pemandu Fitri menyusuri Dusun Suka Damai, berkunjung dari satu rumah ke rumah warga dan mewawancarai mereka. “Kami sangat perlu bantuan untuk membangun hunian sementara, agar kami bisa pulih secepatnya. Untuk kebutuhan pangan dan pakaian, alhamdulillah masih dapat terpenuhi,” pernyataan sebagian besar warga yang ditemui Tim. Kegiatan pengumpulan data dengan pengamatan, pemotretan, pembuatan video dan wawancara terhadap sekitar 30 warga RT 03 Suka Damai selesai dilakukan pukul 10.00 Wita.
Pukul 11.00 hingga 13.00 Wita, tim SS SAIM berjumpa dengan 16 Relawan Mandiri warga Dusun Suka Damai. “Usai gempa, pekerjaan kami membantu Bu Fitri menyalurkan bantuan atau paket bantuan ke warga yang terkena gempa” kata Junaidi, yang diamini oleh semua peserta. “Saat ini kami membantu warga untuk merobohkan dan merapikan puing-puing rumah” kata Salwan. Pernyataan Salwan diiyakan oleh Abdul, Mughni, Farhan, Zul. “Kami ingin dusun kami segera pulih seperti sediakala” kata peserta, ” Kami siap mendukung upaya-upaya apapun yang dapat mempercepat pemulihan dusun kami”.
Saya memandu relawan untuk memahami tentang upaya apa yang dapat mereka lakukan untuk pemulihan psikososialreligi. Tema Psychological First Aid, Critical Incident Stress, Gangguan Stress Pasca Trauma dibahas, didiskusikan dan sekaligus dipetakan oleh relawan. “Ternyata… apa yang saya rasakan itu dirasakan juga oleh teman-teman yang lain, ta pak?! Tadinya saya pikir saya sudah aneh” ujar seorang peserta dan ditanggapi dengan tertawa gemuruh.
Para relawan menjadi paham bentuk respon normal dari penyintas dan respon yang menandakan perlu bantuan. “Di dusun saya, ada seorang anak yang memenuhi seluruh tanda mengalami gangguan stress oasca trauma” kata Elvi, Guru SD. “Saya melihat mertua tetangga saya tampaknya alami gangguan pasca trauma, lebih dari sebulan ia menunjukkan tanda jni” kata Badrun.
Menjelang Ashar, ustadz Aziz dan Tim berdiskusi atas temuan yang ada, mengolahnya menjadi program yang dapat dilakukan selama 6 bulan ke depan. Program-program disusun berdasarkan kelompok Fisik , Sosial, Ekonomi, Pendidikan, Psikoklogis dan Religi. Malam hari, tim sudah bermusyawarah dengan warga dan ta’mir mushola untuk membangun mushola yang layak dan dapat digunakan hingga 3 tahun ke depan.
Saya belajar dari tim SS SAIM ini, ternyata pelibatan warga untuk menyelesaikan masalah mereka dan membangun dusun mereka pun memberikan efek penyembuhan. Senyum mereka lebih berkembang dari malam pertama. Harapan hidup pada diri warga dusun Suka Damai semakin berkembang. (repost artikel : tqqnews.com)