berkurban tanda cinta

Tanda dan Bukti Cinta Dengan Berkurban

Qurban.Jangan mengaku emas bila takut api. Cara ampuh untuk membuktikan sesuatu itu emas sungguhan atau bukan adalah dengan membakarnya hingga lumer dan mencair. Semua material yang bukan emas akan mengapung di permukaan. Hanya cairan emas yang mengendap di bawah. Rupanya, menjadi mulia memang tak cukup hanya dengan pengakuan, dibutuhkan adanya pembuktian. Apalagi cinta. Tak ada cinta tanpa pengorbanan.

“Apakah manusia-manusia itu menyangka, mereka akan dibiarkan saja berkata: ‘kami beriman!’, padahal mereka belum diuji.” (QS al-Ankabut/29:2).

Nabi Ibrahim diuji dengan ujian yang sangat berat. Sudah mendekati seratus tahun usianya, belum juga dikaruniakan anak. Ketika akhirnya Siti Hajar melahirkan Ismail, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk meninggalkan Siti Hajar dan bayinya, Ismail, di lembah Bakka (kemudian dikenal Makkah), lembah yang dikelilingi gungung-gunung batu di tengah gurun pasir yang panas dan kering kerontang, tanpa ada pepohonan dan pemukiman. Hingga belasan tahun kemudian, Nabi Ibrahim diperintahkan menjenguk kembali isteri dan anaknya itu.

Dari Kan’an (sekarang Palestina) Nabi Ibrahim berjalan waswas. Khawatir yang akan dijumpainya di Makkah nanti hanya sisa-sisa tulang belulang isteri dan anaknya yang sudah mati kekeringan. Tetapi itu tidak terjadi. Nabi Ibrahim mendapati Ismail, anak lelaki semata wayang, telah tumbuh menjadi pemuda yang tegap dan rupawan.

Nabi Ismail adalah blasteran (indo). Ayahnya, Nabi Ibrahim, berasal dari negeri al-Urr (di bagian Selatan Iraq) yang termasuk etnis Persia. Posturnya tinggi dan berkulit putih. Ibunya, Siti Hajar, mantan budak negro dari Ethiopia (Arab – Habsyah, Latin – Abessinia) yang dijual ke Mesir, lalu dimerdekakan oleh Siti Sarah (isteri pertama Nabi Ibrahim). Posturnya juga tinggi dan tegap. Maka wajar Nabi Ismail yang keturunan campuran dari keduanya itu juga bertubuh tinggi, tegap dan gagah, serta berkulit terang tampan rupawan.

Bersuka citalah Nabi Ibrahim saat menjumpai anaknya yang sudah tumbuh menjadi pemuda gagah rupawan itu. Tetapi di malam harinya, melalui mimpi, Nabi Ibrahim mendapat perintah dari Allah SWT untuk menyembelih sang putra. “Wahai putraku, melalui mimpi aku mendapatkan perintah dari Tuhanku untuk menyembelih engkau, bagaimana pendapatmu?”

Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar,” (QS ash-Shaffaat/37:102).

Sang putra menjawab: “Lakukanlah apa yang diperintahkan kepada ayah; akan ayah lihat, insya Allah, aku termasuk orang yang tabah”. Jawaban itu menunjukkan sikap pasrah dalam taat kepada Allah SWT. Jawaban yang berbasis tawhid. Ismail tahu betul, iman tidak bermakna kecuali dengan pengorbanan. Tiada ketaatan tanpa pengorbanan. “Kurban adalah puncak pengabdian penuh cinta dari seorang hamba kepada Allah, kekasihnya”.

Pengorbanan Sang Ibu
Tapi, bukankan Nabi Ibrahim sudah meninggalkan sang putra sejak saat bayinya, dan baru kali itu berjumpa lagi? Lalu siapa yang menta’dibkan jiwa tawhid pada pada sang putra? Siapa lagi kalau bukan ibunya, Siti Hajar. Siapa itu Siti Hajar? Mantan budak (kelas sosial terendah), orang negro Ethiopia yang hitam. Oh…, rupanya hitam kulitnya, tetapi di dalam qalbu sang ibu ada jiwa tawhid yang putih bersinar. Ia mantan budak rendahan, tetapi di dalam jiwanya ada cahaya iman yang cemerlang, yang memuliakannya di hadapan Allah SWT dan manusia.

Demi cintanya kepada Allah SWT, kepada sang suami, juga kepada sang bayi yang baru dilahirkannya, Siti Hajar rela berkorban menjalani hidup yang keras ditinggal di lembah Bakka yang panas dan kering kerontang. Pengorbanan yang aktif, bukan sekadar pasrah bongkokan. Ia berkeliling, bahkan mendaki bukit Shafa dan Marwah berulang-ulang untuk mencari air minum. Sa’i berasal dari kata sa’aa yang artinya berjuang mencari penghidupan (striving for the life). Akhirnya, demi cintanya kepada Allah pula ia rela melepas Ismail sang putra untuk dikorbankan oleh suaminya.

Banyak kaum rendahan di negeri ini telah berkorban untuk keutuhan dan kesejahteraan bangsanya. Para petani, penggembala, nelayan dan buruh berupah rendah, bekerja siang dan malam untuk penghasilan yang tak seberapa, namun profit margin terbesar dinikmati oleh para saudagar besar di kota besar, juga pejabat birokrat pengutip pajak yang selalu dianggap bermartabat. Dengan bismillah mereka mengawali kerja, demi iman kepada Allah mereka berusaha. Mereka tahu, usaha mereka hanya memberikan hasil yang tak seberapa di dunia, tapi itulah ibadah. Mereka tahu “kurban adalah puncak pengabdian penuh cinta dari seorang hamba kepada Allah, kekasihnya”.

Kita adalah ayah dan ibu bagi anak-anak bangsa ini. Ada yang dhu’afa (lemah secara intrinsik, mungkin karena terlahir cacat dan membawa penyakit turunan), tapi ada juga yang mustadh’afiin (lemah karena terlemahkan!). Mereka adalah orang-orang yang sehat dan kuat jismani rohani, inetelektual dan emosional, tetapi sistem sosial telah melemahkan mereka. Kebijakan ekonomi dan politik meminggirkan mereka. Mereka adalah anak-anak bangsa yang lemah dan terlemahkan. Ayah dan ibu yang baik adalah ayah ibu yang rela berkorban untuk anak-anaknya yang lemah. Kalau betul mencintai Allah cintailah Rasulullah; kalau betul mencintai Rasulullah cintailah orang-orang yang dicintai Rasulullah, mereka adalah para dhu’afa dan mustadh’afiin. Ayo kita berkurban karena “kurban adalah puncak pengabdian penuh cinta dari seorang hamba kepada Allah, kekasihnya”.

“To Love is To Sacrifice” – “Mencintai adalah Berkurban”
Ketika Ismail sudah dibaringkan tengkurap, karena kalau ditelentangkan sang ayah tak akan sanggup menatap wajah si anak yang dicintainya, dan pedang pun sudah terangkat tinggi-tinggi siap untuk ditetakkan, Allah SWT berkata: “Cukup! Itu hanya ujian bagimu. Akankah cinta dan taatmu kepada Tuhan akan terkalahkan oleh cintamu kepada anak yang sangat rupawan itu”. Allah SWT pun memunculkan seekor kambing besar untuk disembelih sebagai pengganti.

Dalam mencintai Allah tak boleh ada kesetiaan yang terpecah. Harus dipilih, yang mana yang Paling Dicintai, selebihnya hanya boleh berada pada urutan berikutnya. Yang berikutnya pun, kalaupun dicintai juga, harus dengan merujuk (ada referensi) pada cinta kepada Allah.

Katakanlah: “Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik. (QS at-Tawbah/9:24).

Damm artinya darah. Dengan berkurban maka tertumpahlah darah yang menjadi simbol kehidupan. Beberapa ibadah dalam Islam, kalau terjadi pelanggaran dalam pelaksanaan ibadah tersebut, upaya menutup (kaffarah) pelanggaran itu adalah dengan menumpahkan darah melalui penyembelihan hewan. Kaffarah dengan damm. Bukan berarti Allah SWT, Tuhan umat Islam, atau ajaran Islam itu sendiri, sangat menyukai darah, atau senang dengan pertumpahan darah. Darah adalah kehidupan. Demi bakti dan taat dalam beribadah kepada Allah seorang muslim harus melakukannya dengan penuh kesungguhan, sepenuh ia menjalani kehidupan ini. Seorang muslim pun rela kehilangan kehidupannya di dunia ini demi ibadahnya kepada Allah SWT, karena kehidupan yang hakiki adalah kehidupan di sisi Allah SWT. Siapa yang sungguh-sungguh mencintai Allah maka berkurbanlah. “Kurban adalah puncak pengabdian penuh cinta dari seorang hamba kepada Allah, kekasihnya”

Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS al-Hajj/22:37). (Ditulis oleh KH. Wahfiudin Sakam).

Screenshot_20180805-152542_Instagram-670x440

Selamat, Pengurus LD TQN Periode 2018-2023 Dikukuhkan.

Tasikmalaya – Sejumlah Pengurus Lembaga Dakwah Tarekat Qadiriyyah Naqsyabandiyyah (LD-TQN) Pondok Pesantren Suryalaya dikukuhkan, Sabtu (4/8) di Aula Tarminah Bakti Kampus Latifah Mubarokiyah Pondok Pesantren Suryalaya.

Ketua LD-TQN Pontren Suryalaya terpilih, Dr. Muhamad Kodir mengucapkan terima kasih kepada pimpinan Pontren Suryalaya yang telah memberikan kepercayaan kepadanya untuk menjadi ketua periode 2018-2023.

“Atas nama pribadi saya mengucapkan terima kasih atas kepercayaan yang telah diberikan. Selanjutnya kami memohon doa dan bimbingannya, agar kami dapat melaksanakan tugas yang berat namun mulia ini,” imbuhnya.

Dalam hal tugasnya sebagai pengurus LD-TQN, ia menyebutkan diantara tugas yang harus dilakukan adalah memfasilitasi orang-orang untuk belajar mendekatkan diri kepada Allah. “Tugas kita adalah ikut memfasilitasi orang-orang yang ingin belajar ma’rifat kepada Allah Swt., sebagai tujuan utama hidup ini,” pungkasnya.

Sementara itu ketua demisioner, Dr. Ajid Thohir, menyampaikan ucapan selamat kepada ketua terpilih dan menyampaikan harapan-harapannya. “Meskipun tidak seberapa, semoga apa yang telah kami lakukan di LD-TQN selama empat tahun ini dapat diterima sebagai wujud khidmat kami kepada Guru Agung Syekh Ahmad Shohibulwafa Tajul ‘Arifin ra., yang menjadi Wali Mursyid kami. Karena sesungguhnya itulah tujuan kami, tuturnya.

H. Baban Ahmad Jihad, selaku Dewan Pembina juga menyampaikan harapannya kepada pengurus yang baru. Ia berharap pengurus yang telah dilantik bisa mengikhlaskan hati dalam bekerja.

“Insya Allah, Allah akan membimbing kita, melalui berkah dan karamah Hadrati Syeikh Ahmad Shahibul Wafa Tajul Arifin,” tutupnya.

35988511_878980475619490_3481976887910072320_n

Pangersa Abah diizinkan Allah swt Menukar Ajal Murid Kesayangannya

Andalan TQN Suryalaya pd era ’80-an adalah Ajengan Dahlan dari Cianjur. Sosoknya gagah & memiliki semangat khidmat yg luar biasa. Saking besar semangat khidmatnya beliau pernah menyatakan telah menginfaqkan dirinya utk Pangersa Abah. Dan beliau buktikan dgn perjuangan khidmat & dakwah TQN Suryalaya dgn ikhlas tanpa mengenal lelah.
Suatu saat Pangersa Abah mengujinya.

Pada tengah malam Ajengan Dahlan menerima telepon dari Ponpes Suryalaya, memintanya datang untuk menemui Pangersa Abah. Menduga ada tugas penting yg sangat mendesak, segeralah Ia berangkat. Tiba di Suryalaya beliau langsung menemui Pangersa Abah. Ternyata Pangersa Abah malah menyuruhnya kembali ke Cianjur. Maka Ajengan Dahlan segera pulang saat itu juga ke Cianjur dgn rasa suka cita tanpa keluh kesah sedikit pun. Subhaanallaah!

Dalam kesempatan lain, ketika selesai mushafahah dgn Pangersa Abah, tiba-tiba Ajengan Dahlan merasa pusing kleyengan lalu terjatuh tidak sadarkan diri. Para ikhwan & petugas yg ada di madrasah langsung sigap membantu & menggotong tubuh Ajengan Dahlan.

Pangersa Abah pun langsung bersabda, “Segera bawa ke Manel.. Bawa ke Manel.” Orang-orang yang menggotong tubuh Ajengan Dahlan menjadi heran. Kenapa Pangersa Abah malah memerintahkan agar membawanya ke RS Immanuel Bandung? Kenapa tdk membawanya ke RS Tasikmalaya saja yg jaraknya lebih dekat? Namun demikian mereka tetap langsung membawanya ke Bandung.

Setiba di RS Immanuel Bandung, Ajengan Dahlan di bawa ke ruang UGD. Di sana ternyata bersebelahan dgn Haji Fulan sesepuh ikhwan TQN Suryalaya dari Dayeuh Kolot Bandung. Usia beliau sdh lebih dari 80 thn & juga dlm keadaan tdk sadarkan diri.

Tidak lama kemudian dlm keadaan tdk sadarkan diri, Ajengan Dahlan seperti mengigau; “Siapa yg harus saya ikuti.. Siapa yg harus saya ikuti?”

Tidak lama kemudian dalam keadaan tidak sadarkan diri, Ajengan Dahlan seperti mengigau, “Siapa yang harus saya ikuti?… Siapa yang harus saya ikuti?”

Lalu Ajengan Dahlan yg masih tdk sadarkan diri itu kembali terdiam.

Bersambung….

jangan tunda ibadahmu

Jangan Menunda Ibadahmu

“Allah membatasi waktu-waktu tertentu dalam ibadah, agar anda tidak terhalang oleh penundaan ibadah, dan Allah Swt juga meluaskan waktu ibadah, agar ada sesorang memiliki pilihan (mengerjakannnya).”

Diantara perilaku nafsu kita adalah menunda-nunda kebaikan, amaliyah, taat dan ibadah, sementara pada saat yang sama seseorang lebih senang berandai-andai dengan imajinasinya.

Allah Swt membuat batasan-batasan waktu dalam sholat lima waktu misalnya, agar kita tidak punya kesempatan pembiaran nafsu kita untuk menunda ibadah. Namun Allah Swt juga membuat keleluasan agar kita lebih ringan beribadah. Waktu-waktu sholat yang panjang seperti Isya’ waktunya sampai subuh, adalah cara Allah Swt menyayangi hamba-hambaNya, agar suasana ubudiyah-nya benar-benar nikmat nan indah.

Disebutkan, Allah Swt berfirman pada hambaNya, “Bukankah Aku telah mengeluarkan dirimu dari tiada menjadi ada? Lalu Aku limpahi berbagai anugerah dan kemurahan: Aku jadikan cahaya pada matamu agar kamu bisa menemukan bukti kekuasaanKu dan agungnya ayat-ayatKu. Dan Aku jadikan cahaya pada matahatimu agar kamu memahami tugas-tugas dariKu, lalu kamu bisa menjaga taat padaKu agar jauh  dari ancaman siksaKu, lalu kamu berharap pahalaKu, kemudian Aku janjikan pahala dibalik taat. Aku pun mengancammu jika kamu kontra denganKu. Lalu Aku beri tugas amal menurut kemampuanmu, Aku beri keleluasaan waktu-waktunya hal-hal yang mendesak. Seandainya kamu meng-qodho’ di akhir usiamu, hal-hal yang Aku wajibkan padamu sejak awal usiamu, tentu Aku pun menerimanya. Lalu apa yang menghalangimu untuk melaksanakan perintahKu? Dan tidak ada alasan uzur bagimu, kecuali tipudaya dan kesesatan.”

Rabi’ bin Haitsam suka mengang-ulang membaca ayat di bawah ini, lalu menangis tersedu-sedu: “Apakah orang-orang yang melakukan tindakan-tindakan keburukan menyangka bahwa mereka akan Kami jadikan seperti orang-orang yang beriman dan beramal saleh…”

Dan ia berteriak kencang, “Aku tidak tahu wahai diriku, dimana posisimu dari dua golongan itu…!”

Ayat ini disebut sebagai “tempat tangisan pada ahli ibadah.”

Nafsu itu hanya mencari untung. Ia pun selau menanyakan apa untungnya beribadah. Karena itu nafsu harus ditekan dan dikendalikan, agar memilik kepatuhan. Nafsu ingin terus liar dan liberal. Karenanya, harus dididik dengan ketat, dan begitu nafsu mengalami ketentraman dirinya, akan berubah menjadi semangat kebajikan.

Betapa berharganya sang waktu yang diberikan oleh Allah Swt kepada kita. Setiap detik, waktu berlalu tanpa kembali, dan itu sering kita biarkan kosong dang nestapa. Waktu seperti pedang, jika tidak kita gunakan, ia akan memangkas kita setiap waktu.

Setiap waktu haruslah bersamaNya, karena Dia adalah sumber kebajikan nyata. Tanpa Dia Swt, kita akan terlempar oleh cepatnya waktu dalam lorong gelap nafsu kita.

– Syeikh Ibnu Ath-Thaillah As-Sakandari

(Sumber artikel : sufinews.com)

abah-anom-copy-700x336

Doa Tujuh

  1. Allahumma yâ qâdhiyal hâjât
    Wahai Allah, Pemenuh segala hajat…

Ya, Allah… sebagai hambaMu yang lemah tiada daya,
kami memiliki banyak hajat dan keperluan… penuhilah hajat-hajat dunia kami, juga hajat-hajat akhirat kami…

  1. Allahumma yâ kâfiyal muhimmât
    Wahai Allah, Pencukup segala kepentingan…

Cukupkanlah kepentingan hidup rumah tangga kami…
Cukupkanlah kepentingan pendidikan anak-anak kami…
Cukupkanlah kepentingan pekerjaan, karir, usaha, dan profesi kami…
Cukupkanlah kepentingan ibadah kami…
Cukupkanlah bekal kami untuk berhaji, sebelum berjumpa mati…

  1. Allahumma yâ dâfi‘al baliyyât
    Wahai Allah, Penolak segala bala’…
    Penepis segala bencana…

Jauhkanlah kami, dari berbagai bala’ dan bencana…
– baik bencana natural (alam), maupun bencana moral…
– baik bencana finansial (keuangan), terlebih lagi bencana spiritual (keimanan)…
Jauhkan kami, dari bencana rumah tangga, ya Allah…

  1. Allahumma yâ râfi‘ad darajât
    Wahai Allah, Pengangkat derajat…

Peninggi martabat…
Angkatlah derajat dan martabat kami…
Muliakanlah kami, beserta semua anak, cucu, dan keturunan kami…
Muliakanlah umat Muhammad ini di hadapan umat-umatMu yang lain…
Jangan Engkau perhinakan kami, hanya karena…
adanya dosa dan maksiat yang telanjur kami buat…
Tutuplah segala cacat, aib, cela, dan kekurangan-kekurangan kami…

  1. Allahumma yâ syâfiyal amrâdl
    Wahai Allah, Penyembuh dari segala penyakit…

Sembuhkan, dan jauhkan kami, dari penyakit-penyakit jismani…
juga penyakit-penyakit ruhani…
Jauhkanlah kami, ya Allah, dari penyakit malas, pelit, dan munafik…

  1. Allahumma yâ mujîbad da‘awât
    Wahai Allah, Penjawab segala doa…

Pengabul segala permohonan
Dengar dan perkenankanlah permintaan-permintaan kami…

Sampaikanlah kami…pada maksud-maksud dan tujuan-tujuan…
Sampaikanlah anak-cucu dan keturunan kami…
pada cita-cita dan harapan-harapan…

  1. Allahumma yâa arhamar râhimîn
    Wahai Allah, Maha Penyayang di antara para penyayang

Sayangilah kami ya Allah…
Jadikanlah kami orang-orang yang Engkau cintai,
sekaligus orang-orang yang mampu untuk saling mencintai…
Sayangilah kami ya Allah…

Yang dengan kasih sayangMu…
Engkau maafkan semua dosa dan kesalahan kami…

Ya, Allah… sebagaimana Engkau selalu memaafkan dan mengampuni kami, jadikan pula kami orang-orang yang mudah memaafkan
dan mengampuni orang lain…
Angkatlah segala iri dan dengki, marah dan benci, dari hatinurani kami…
Jauhkanlah segala dendam dari diri kami.

(Sumber Artikel : TQNNews.com)

TQN Bogor

Ingin Tahu Sejarah TQN Suryalaya di Bogor? Datang ke Sini Saja

Bogor – Generasi Muda Suryalaya (GMS) Kota Bogor Ramadhan ini mempunyai banyak aktifitas. Selain kegiatan amaliyah mingguan dan bulanan yang memang rutin dilaksanakan, juga ada Pepeling SepuhItikaf, Kuliah Shubuh, Buka dan Sahur Bersama. Kegiatan itu dikemas dalam sebuah program Berkah Ramadhan dengan tema Sejarah TQN Ponpes Suryalaya di Bogor.

Menurut panitia acara Ustadz Teguh Setya Wijaya, Berkah Ramadhan adalah kegiatan YSB Pontren Suryalaya Perwakilan Kota Bogor yang dikerjasamakan dengan GMS, DKM Masjid Baitul Ikhlas dan didukung oleh “Kegiatan ini diadakan setiap Sabtu malam selama bulan Ramadhan.  Acara dimulai sebelum Maghrib sekitar pukul lima sore. Silahkan datang!” ajaknya. Ia menambahkan kecuali Sabtu tanggal 26 Mei kegiatan tidak diadakan.

Beberapa nara sumber yang telah terjadwal antara lain sesepuh ikhwan TQN di Bogor Ir. H. Gardjita Garwita, Ustadz Toras Zaenudin dan Ajengan Aep Saepudin dari Tasikmalaya. “Kita adakan di Masjid Baitul Ikhlas Jalan Pangeran Ashogiri, Sindang Sari, Kelurahan Tanah Baru, Bogor,” ujarnya.

Harapannya dengan diselenggarakan kegiatan ini, ikhwan TQN Suryalaya khususnya yang baru tidak hanya tahu dan paham sejarah namun juga bertambah mahabbah kepada Guru Musyid Syaikh Ahmad Shahibul Wafa Tajul Arifin (qs).

Jadi, Kamu makin penasaran dengan sejarah TQN Suryalaya di Bogor? Hubungi Ustadz Teguh di nomor 0877-7099-2699.

Jog-670x440

Yogya Gelar Kursus Tasawuf Angkatan Ke-7, Di Kotamu Kapan?

Yogyakarta – Perkembangan dakwah tasawuf di Indonesia semakin memperkuat peranan pengamal tarekat berkontribusi bagi pembangunan bangsa. Ajaran tasawuf yang menyejukkan menjadi sandaran perekat kebangsaan di tengah-tengah hiruk pikuk kehidupan.

Pengurus Yayasan Serba Bakti (YSB) Pontren Suryalaya Korwil DI Yogyakarta awal Ramadhan kembali akan mengadakan Kursus Tasawuf selama dua hari (19/5 sd 20/5) di Asrama Haji, Jalan Ring Road Utara, Sinduadi. Kegiatan yang telah mencapai angkatan ke-7 ini menjadi program rutin untuk mensyiarkan dakwah tasawuf sekaligus memperkuat pemahaman ikhwan yang baru dan akan belajar dzikir.

Ketua Korwil Yogyakarta, KH. Dimhari Noor Hasyim mengatakan pentingnya mendakwahkan Islam yang holistik (kulliyyah). “Salah satu cara dengan mengangkat kembali satu komponen Islam yang selama ini banyak diabaikan yaitu Ihsan. Kajiannya dinamakan tasawuf,” kata ia menjelaskan.

Pengasuh PP Lathifah Mubarakiyyah Cangkringan ini berharap seluruh pengurus yang telah dilantik bulan Februari lalu dapat terus bahu membahu menjalankan programnya. “Kursus tasawuf ini diharapkan dapat menyebar ke kalangan yang lebih luas, khususnya mahasiswa dan profesional. Kami akan terus mengenalkan tarekat yang dikemas dengan berbagai cara sesuai segmen yang dituju,” ungkapnya.

Sementara itu ketua pelaksana Ustadz Eko Sukanto menyampaikan peserta yang telah mendaftar hingga Kamis ini (17/5) sudah mencapai 72 orang . “Peserta masih terus bertambah, Insya Allah mencapai 80 orang. Mereka berasal dari wilayah DIY dan sekitarnya.” katanya.

Kursus Tasawuf adalah upaya menjaring ikhwan-ikhwan baru dengan penyampaian yang sistematik. Kegiatan ini diinisiasi oleh TQN Center Jakarta dan telah banyak dikembangkan di berbagai daerah seperti Semarang, Pekalongan, Tegal, Bandung, Manado, Kotamobagu, Palembang, Medan dan banyak lainnya.

Di kotamu kapan? Langsung saja hubungi Ustadz Handri di nomor 0812-9679-534.