20180501_002641-670x377

Khalwat Angkatan V Resmi Ditutup

(Meneruskan artikel sebelumnnya : TQN Center Jakarta Gelar Khalwat 40 Hari )

Jakarta – Program khalwat 40 hari yang diadakan TQN Center Jakarta Selasa dinihari (1/5) resmi ditutup oleh Ketua Korwil DKI Jakarta KH. Wahfiudin Sakam. Acara penutupan diadakan selesai ibadah shalat nisfu sya’ban.

Sebelumnya selama dua hari, 18 peserta dari berbagai daerah dan luar negeri memaparkan rencana dakwah di wilayah masing-masing. Paparan dilakukan dihadapan ketua pelaksana Ustadz H. Andhika Darmawan dan Sekretaris Ustadz H. Handri Ramadian.

Dihadapan para peserta dan panitia, Kyai Wahfiudin mengingatkan inti dari bertarekat adalah terus melakukan perjalanan ruhani. “Kita adalah para pengembara, pengembara secara fisik maupun ruhani. Namun perjalanan ini bukanlah untuk memperturutkan al-hawa,” ujarnya.

“Maka itu kita harus menyiapkan diri agar diperjalankanNya. Persiapan yang paling utama adalah membersihkan qalbu,” lanjut Mudir Aam JATMAN.

H. Andhika menyampaikan program  khalwat 40 hari adalah upaya mencetak kader muballigh, muharrik & muaddib unggulan TQN Suryalaya. 

“Terimakasih atas kesungguhan peserta, kerjasama para panitia dan donatur serta ikhwan yang mendukung acara ini,” kata H. Handri menambahkan.

Di akhir sesi Kyai Wahfiudin menyematkan rompi kepada seluruh peserta khalwat angkatan ke-5, membagikan sertipikat dan hadiah sarung.

“Semoga sepulang dari khalwat kita semua semakin kuat dalam mendakwahkan tarekat untuk lingkungan,” tutupnya. (Idn)

(Sumber : TQNNews.com)

IMG_20180331_113419

Thariqah Qadiriyah Naqsyabandiyah

  1. Pengertian Tasawuf

Tasawuf berpangkal pada pribadi Nabi Muhammad SAW, gaya hidup sederhana, tetapi penuh kesungguhan. Akhlak Rasul tidak dapat dipisahkan serta diceraikan dari kemurnian cahaya Alquran. Akhlak Rasul itulah titik tolak dan garis perhentian cita-cita tasawuf dalam Islam itu.

Dhunnun al-Misri, seorang sufi yang terkemuka, mengatakan bahwa yang dimaksud dengan tasawuf ialah pembebasan dari ragu dan putus asa, kemudian tegak berdiri beserta yakin iman. Pengertian yang simpang siur tentang urat bahasa sufi dan tasawuf menimbulkan pengiraan bahwa tasawuf Islam mencakup pula bahan-bahan sufi Yunani dan mistik, serta Hindu Farsi. Pandangan tersebut merupakan pengiraan yang keliru dan mengelirukan. Terlepas dari adanya pengakuan jujur tentang adanya persamaan yang tampak lahirnya, ataupun mengenal istilah-istilah dan cara-cara melatih jiwa. Di dalam tasawuf Islam ditemukan ciri-ciri yang istimewa; yaitu pengembalian dengan cara mutlak segala persoalan agama dan kehidupan kepada Alquran dan Sunnah.

Al-Junaid, penghulu sufi Islam, di dalam redaksi yang bermacam-macam menegaskan bahwa yang mungkin menjadi ahli tasawuf itu hanyalah barang siapa yang mengetahui keseluruhan Alquran dan Sunnah Rasulullah SAW. Karena itu yang sebenarnya tasawuf adalah kefanaan diri ke dalam kemurnian Alquran dan Sunnah.

Pengertian Tarekat

Secara terminologi (istilah) tarekat yang berasal dari kata thariqah itu mula-mula berarti jalan yang harus ditempuh seorang calon sufi dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT. Kemudian ia digunakan untuk menunjuk suatu metode psikologi moral untuk membimbing seseorang mengenal Tuhan. Tarekat dalam pengertian inilah yang digunakan dalam karya al-Junayd, al-Hallaj, al-Sarraj, al-Hujwiri, dan al-Qushayri. Melalui jalan itu seseorang dengan menempuh berbagai tingkatan psikologis dalam keimanan dan pengamalan ajaran Islam dapat mencapai pengetahuan tentang Tuhan dari satu tingkatan ke tingkatan yang lebih tinggi, sehingga akhirnya ia mencapai realitas (hakikat) Tuhan yang tertinggi.

Tarekat adalah suatu metode praktis dalam membimbing murid dengan menggunakan pikiran, perasaan, dan tindakan melalui tingkatan-tingkatan secara berurutan untuk merasakan hakikat Tuhan. Tarekat adalah jalan yang harus ditempuh seorang calon sufi agar berada sedekat mungkin dengan Allah.

Berdasarkan uraian itu maka dapat disimpulkan bahwa tarekat adalah jalan yang ditempuh murid agar berada sedekat mungkin dengan Tuhan di bawah bimbingan guru (mursyid).

Perkembangan Tarekat

Di Indonesia kita lebih banyak mengenal ajaran tasawuf lewat lembaga keagamaan non-formal yang namanya tarekat. Di Jawa Timur misalnya, kita jumpai Thariqah Qadiriyah yang cukup dikenal, disamping Thariqah Naqsabandiyah, Syadziliyah, Tijaniyah, dan Sanusiyah. Dalam satu dasawarsa terakhir ini, kita melihat adanya langkah lebih maju dalam perkembangan tarekat-tarekat tersebut dengan adanya koordinasi antara berbagai macam tarekat itu lewat ikatan yang dikenal dengan nama Jam’iyah Ahlal-Thariqah al-Mu’tabarah.

tasawuf

Fungsi dan Hukum Bertasawuf (2/2)

Seorang hamba jika ikhlas dan ridha dalam menjalankan tugas kehambaannya di hadapan Allah, maka Allah akan memberikan pertolongan kepadanya dari arah manapun. Allah akan memuliakannya dengan anugerah ilmu yang tidak dia ketahui sebelumnya.

Allah berfirman dalam QS Al-Baqarah ayat 282, “Dan bertakwalah kalian kepada Allah, niscaya Allah akan mengajari kalian.” Demikian yang dipaparkan Syaikh ath-Thahthawi dalam bukunya Hasyiyah ath-Thahthawi ‘ala maraqi al-Falah.

Sayangnya tidak setiap orang mampu mengetahui penyakit batinnya sendiri. Dia selalu merasa amal ibadah yang dilakukan telah sempurna, atau merasa batinnya sudah bersih. Padahal, kenyataannya amal ibadahnya sangat jauh dari sempurna dan batinnya masih digerogoti virus-virus yang menyesatkan. Dia memerlukan cara atau metode khusus untuk mengetahui dan mengobati dirinya dari penyakit tersebut. Untuk maksud itulah tasawuf dilahirkan.

Syaikh Ibnu Zakwan berkata, “Tasawuf adalah ilmu yang mengajarkan cara membersihkan diri dari segala kotoran ruhani.”

Ilmu tasawuf memfokuskan diri pada pengobatan penyakit-penyakit batin. Ia juga bertujuan untuk mengajarkan sifat-sifat mulia seperti taubat, takwa, istiqamah, jujur, ikhlas, zuhud, tawakal, ridha, berserah diri, cinta kasih, zikir, muraqabah dan lain-lain. Ia juga mengajarkan bagaimana menjauhi sifat-sifat tercela, seperti dendam, dengki, iri hati, suka dipuji, angkuh, pamer, marah, tamak, kikir, mengagung-agungkan harta, merendahkan orang miskin dan lain-lain. Dengan tasawuf orang itu dapat membebaskan hatinya dari keterikatan kepada selain Allah dan menghiasinya dengan dzikir kepada-Nya.

Meskipun batin dan jiwa adalah objek terpenting dari kajian tasawuf, tetapi ia tetap tidak mengesampingkan aspek lahir, aspek ibadah fisik dan harta. Tasawuf bukan sekadar wirid dan dzikir, seperti banyak yang disalahfahami orang. Tasawuf merupakan metode praktis dan sempurna yang dapat membentuk seseorang menjadi pribadi yang lurus, ideal dan sempurna, jauh dari sesat dan penyimpangan.

Tasawuf adalah ruh dan jantung Islam yang terus berdenyut. Agama Islam bukan sekedar amalan-amalan lahiriah dan formalistik. Ia juga menyimpan aspek-aspek ruhani yang merupakan kekuatan tersebunyi di balik amalan-amalan lahiriah dan formalistik tersebut.

Kemerosotan kaum Muslimin tidak lain disebabkan mereka telah jauh dari nilai-nilai ruhani agamanya. Mereka telah disibukkan oleh urusan-urusan materi/duniawi. Maka, para ulama dan para sufi pun mulai mengajak mereka untuk bergabung dan belajar bersama kelompok-kelompok dzikir. Hal itu tidak lain agar bisa menyelaraskan antara raga dan jiwa, agar bisa lebih dekat mengenal Allah (ma’rifatullāh), agar bisa memenuhi hati dengan cinta kasih, muraqabah dan dzikir kepada-Nya.

Penelitian dan perenungan panjang yang dilakukan Imam al-Ghazali terhadap ajaran-ajaran tasawuf membawanya pada kesimpulan, bahwa belajar dan menggeluti tasawuf bersama para sufi adalah fardhu ‘ain. Sebab, tidak seorangpun dapat terbebas dari aib atau kesalahan kecuali para nabi. Kaum sufi adalah orang-orang yang teguh dan tekun membersihkan diri dari aib dan kesalahan, sebagaimana yang telah dituntunkan oleh Nabi.

Diperlukan tekad yang bulat, kesabaran dan kesungguhan. Sebab meniti jalan tasawuf sangatlah sulit. Namun, jika itu bisa dilewati, maka kita bisa selamat dari murka Allah. (Tamat)

sholat-shubuh-jpg

Fungsi dan Hukum Bertasawuf (1/2)

Aturan-aturan syari’at atau hukum taklifi yang diturunkan kepada manusia ada dua macam. Pertama, yang berkaitan dengan amal lahir, dan kedua berkaitan dengan amal batin.

Yang berkaitan dengan amal lahir dibagi lagi menjadi dua macam, yaitu perintah, seperti shalat, puasa, zakat, haji dan lain-lain, serta larangan, seperti zina, mencuri, meminum khamr dan lain-lain. Amal batin juga dibagi menjadi dua, yaitu perintah, seperti iman, ikhlas, ridha, jujur dan khusyu’, serta larangan, seperti kufur, syirik, kemunafikan, sombong, riya dan lain sebagainya.

Kedua bagian syariat itu adalah penting, karena merupakan ketentuan agama. Akan tetapi, amal batin lebih penting dan lebih utama. Sebab, amal batin adalah fondasi atau sumber dari amal-amal lahir. Jika amal batin rusak, maka amal lahir akan rusak. Ini sesuai dengan firman Allah dalam surat al-Kahfi ayat 110: “Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.”

Lebih lugas lagi, Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak akan melihat jasad dan bentuk tubuh kalian, tetapi Dia melihat qalbu kalian.” (HR. Muslim).

Jadi, ukuran baik tidaknya seseorang di mata Allah tergantung pada baik-buruknya batin atau qalbunya yang merupakan sumber amal-amal lahir. Maka, membersihkan qalbu dan mensucikan jiwa adalah kewajiban individual (fardhu’ain) yang paling penting dan perintah Allah yang paling utama.

Beberapa dalil al-Quran yang banyak menyinggung tentang perbuatan-perbuatan dosa yang sifatnya tersembunyi yang seringkali tidak disadari oleh pelakunya.

QS Al-A’raf: 33; “Katakanlah: ‘Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi’.”

QS Al-An’am: 151; “Dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi.”

Para ahli tafsir mengatakan bahwa perbuatan keji yang tersembunyi maksudnya adalah dendam, riya, iri hati dan kemunafikan.

Keterangan dari al-Quran di atas dijelaskan Nabi dalam sabda-sabdanya. misalnya, hadits-hadits tentang larangan dendam, sombong, ria, dengki dan sifat-sifat tercela lainnya jumlahnya sangat banyak. Begitu juga hadits-hadits yang memerintahkan untuk menghiasi diri dengan akhlak terpuji. Contohnya adalah hadits berikut:

“Tidak akan masuk surga, orang yang di dalam qalbunya ada sedikit saja kesombongan.” (HR. Muslim)

“Iman itu memiliki lebih dari tujuh puluh cabang, yang paling tinggi adalah ucapan Laa ilaaha Illallaah. Yang paling rendah adalah menyingkirkan duri dari jalan. Dan malu adalah bagian dari iman.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Hadits ini menegaskan bahwa kesempurnaan iman hanya bisa diperoleh dengan melengkapi/menyempurnakan bagian-bagian iman tersebut di dalam diri.

Para ulama sepakat bahwa penyakit batin seperti syirik, riya, sombong, dengki, ujub, munafik dan sebagainya adalah dosa besar. Melakukan dosa besar adalah haram menurut syariat. Penyakit-penyakit batin ini bisa menjangkiti siapa saja. Oleh karenanya, mengetahui macam-macam penyakit batin menurut Ibnu Abidin adalah wajib ‘ain (wajib bagi setiap mukmin). Ini berarti mengetahui batasan, penyebab, tanda-tanda serta mengetahui metode pengobatannya, adalah wajib ‘ain. Barangsiapa yang tidak mengetahui kejahatan, maka dia akan mudah terperosok ke dalamnya. Bersambung…

Kematian-Pasti-Datang-Anda-Sudah-Siap

Mati itu Kepastian! Husnul Khatimah itu Pilihan Terbaik.

Tersirat suatu pepatah tua dari Arab yang menarik untuk kita renungkan, “Ilamuu annaddunya daarul balagh wal aakhiraata daarul qaraar”. Artinya, ketahuilah sesungguhnya dunia ini seperti kapal yang menuju pantai, dan negeri akhirat itu adalah negeri yang kekal abadi selamanya.

Maka ambillah bekal! Dari dunia yang fana ini untuk negeri akhirat yang kekal selama-lamanya, dan yang paling baik bekal itu adalah “Taqwalloohi ta’alaa”.

Firman Allah dalam surat Al Hasyr, 59 : 18, “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

Jelas sekali tersirat dalam ayat tersebut bahwa kita dianjurkan untuk berlaku serius selaku umat muslim untuk mempersiapkan amal-amal sholeh kita untuk besok (yaumil akhir), karena mati itu pasti! Dan hari kiamat itu pasti!

Menurut penelitian para ahli, bahwa diseluruh dunia, setiap detik ada 1,5 orang yang meninggal dengan kata lain dalam 2 detik ada 3 orang meninggal karena berbagai sebab.

Saat anda membaca artikel ini sudah melewati 30 detik berarti sudah ada 45 orang diseluruh dunia yang meninggal.

“Kullu nafsin zaa’iqatul maut”, setiap yang bernyawa akan merasakan mati (QS Ali Imran, 3 : 185). “Wa ing kullul lammaa jami’ul ladaynaa mukhdharuun”, dan setiap (umat), semuanya akan dihadapkan kepada kami. (QS Yasin, 36 : 32).

Maka apa-apa yang pasti datang itu adalah dekat, meskipun seribu tahun lagi. “Kullu aatin qaaribun”, tiap-tiap yang akan datang itu adalah sesungguhnya sangatlah dekat.

Sesuai dengan hadits Nabi SAW, “Al mautu aqraabu ghaiibin yuntadzhar”, artinya mati itu paling dekat dan itu adalah sesuatu perkara yang ghaib yang dinanti-nantikan.

“Man maata faqad qaamat qiyaamatuhu”, artinya siapa yang mati maka bagi orang itu telah berdiri memasuki hari qiyamatnya.

Sebagaimana pula didalam hadits Rasulullah SAW, “Al qabru awwalu manzilin min manaziliil aakhiraati fain-nazaa minhu famaa ba’dahu ay-saru anhu wain-lam yanzu minhu famaa ba’dahu asyudda minhu”, artinya kubur itu adalah persinggahan pertama dari pada beberapa persinggahan akhirat yang akan dihadapi.

307136-7

Sejarah Tentang Tasawuf (2/2)

Sampai di sini jelas, bahwa ajaran tasawuf lahir dari rahim sejarah dan laku kehidupan Nabi dan para sahabat. Tasawuf bukan sesuatu yang baru dalam agama, bukan pula diadopsi dari tradisi agama lain, seperti yang dituduhkan sebagian orang baik para orientalis maupun ilmuan muslim sendiri.

Mereka berusaha mencampuradukkan makna, maksud dan sumber tasawuf. Mereka mengaitkan tasawuf dengan unsur di luar Islam. Mereka menghubungkan tasawuf dengan spiritualisme Budha, kerahiban Kristen, atau keresian Hindu. Selanjutnya, merekapun membuat julukan-julukan baru yang tak berdasar seperti tasawuf Budha, tasawuf Hindu, tasawuf Kristen, tasawuf Persia dan lain sebagainya.

Tujuan mereka tidak lain adalah mencemarkan nama dan mengaburkan sumber ajaran tasawuf. Namun demikian, seorang mu’min yang teliti dan tulus dalam menerima kebenaran akan menolak tuduhan-tuduhan itu, dan menetapkan bahwa tidak ada tasawuf selain tasawuf Islam.

Disarikan dari kitab Haqaiq ‘an at-Tashawwuf karya Syaikh Abd al-Qadir Isa, Bab pertama At-Ta’rif bi at-Tashawwuf.


[1] Selengkapnya bisa dilihat di Ahmad Always, at-Tashawwuf min al-Wijhah at-Tarikhiyyah, dalam Majalah al-‘Asyirah al-Muhammadiyyah, Edisi Muharram, 1376 H.
[2] Aburrahman Ibn Khaldun, Muqaddimah Ibnu Khaldun, Mesir: Penerbit al-Bahiah.
[3] Ini seperti yang dikutip oleh Haji Khalifah, Kasyf azh-Zhunnun ‘an Asami al-Kutub wa al-Funun, vol. 1, hlm. 414


(Mengutip artikel : TQNNews.com)

berguru

Sejarah Tentang Tasawuf (1/2)

Sejarah Tasawuf

Perkembangan dakwah tasawuf dimulai setelah berakhir masa sahabat dan tabi’in. Pada masa mereka, dakwah ini belum dikenal karena memang belum dipandang perlu. Sebab merekalah orang-orang yang ahli takwa, ahli wara dan ahli ibadah pada zamannya. Secara fitrah dan sudah kehendak Allah, mereka terpanggil untuk bersikap seperti itu. Mereka mengenal dekat Nabi Muhammad SAW. Mereka selalu bersemangat meniru perilaku beliau di segala aspeknya baik lahir maupun batin.

Jadi, meski dakwah tasawuf pada masa itu tidak dikenal, karena memang belum menjadi nama suatu ilmu tersendiri, mereka sejatinya telah mengerjakan praktik-praktik tasawuf itu sendiri. Para sahabat tidak membutuhkan alat/perangkat khusus untuk menyerap aspek batin ajaran Nabi, karena mereka dapat meminumnya langsung dari sumbernya. Tasawuf masih merupakan realitas tanpa nama. Meski demikian, ia adalah satu sisi dari bangunan keberagamaan Nabi dan para sahabatnya.

Meskipun para sahabat dan tabi’in tidak menggunakan kata tasawuf, tapi pada parkteknya mereka adalah para sufi. Mereka adalah para praktisi tasawuf sesungguhnya. Yang dimaksud tasawuf tiada lain adalah, bahwa seseorang hidup hanya untuk Tuhannya, bukan untuk dirinya. Dia menghiasi dirinya dengan zuhud, tekun beribadah, berkomunikasi dengan Allah dengan ruh dan jiwanya di setiap waktu, dan berusaha mencapai berbagai kesempurnaan. Dia meraih apa yang telah diraih para sahabat dan tabiin, yakni tingkat spiritualitas tertinggi.

Para sahabat tidak hanya mengikrarkan iman dan menjalankan kewajiban-kewajiban. Mereka juga menyinari ikrarnya itu dengan perasaan, menambah kewajiban-kewajibannya dengan amal-amal sunnah, menjauhkan diri dari yang haram bahkan dari yang makruh. Sehingga mata hati mereka pun bersinar terang, percik-percik hikmah terpancar dari nurani mereka, dan rahasia-rahasia ilahiah berlimpah dalam jiwa mereka. Begitu halnya para tâbi’în dan tâbi at-tâbi’în (pengikut tâbi’în). Ketiga generasi itu adalah generasi emas dan sebaik-baik masa dalam peradaban Islam. Nabi bersabda, “Sebaik-baik generasi adalah generasi ini, kemudian generasi setelahnya dan generasi yang setelahnya lagi.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Di satu sisi, perluasan wilayah Islam dan persinggungannya dengan budaya dan ilmu pengetahuan negeri-negeri lain membawa dampak yang positif bagi umat Islam sendiri. Pada masa ini, perkembangan ilmu pengetahuan di kalangan umat Islam sangat pesat. Mereka mulai mengkodifikasi ilmu-ilmu pengetahuan. Lahirlah cabang-cabang ilmu seperti Nahwu, Fikih, Tauhid, Hadits, Ushul Fiqh, Tafsir, Faraid dan lain sebagainya.

Di sisi yang lain, perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi membawa dampak negatif. Pada masa ini justru spiritualitas/semangat ruhaniah Islam sedikit demi sedikit melemah. Umat Islam semakin menjauh dari agama, menjauh dari Allah SWT. Sedikit-demi sedikit ketaatan-ketaatan ritual kian dilalaikan. Badan, pikiran dan hati umat semakin larut dalam kesibukan mengurus kekayaan, barang-dagangan, kekuasaan, teknologi, pengetahuan dan hasrat-hasrat duniawi lainnya.


Baca juga : Ivan Agueli, Sang Pelopor Tasawuf di Eropa , Restu dari Orangtua adalah awal tarekat


Fenomena ini membuat sedih para ahli zuhud yang sadar akan keadaan umat tersebut. Mereka akhirnya mulai membangun ilmu tasawuf. Jadi, kemunculan ilmu tasawuf bukan reaksi atas kemunculan ilmu-ilmu yang lain seperti disebut di atas. Tetapi ia muncul untuk mengokohkan kembali apa yang mulai rapuh dari kehidupan kaum muslimin, yaitu ruh agama. [1]

Ilmu tasawuf adalah buah karya para ulama terpercaya. Ia dilandasi oleh wahyu langit. Ia adalah perwujudan dari ihsan yang merupakan satu dari tiga elemen dasar agama, yaitu islam, iman dan ihsan (lihat artikel ‘Apa Itu Tasawuf?’).

Islam adalah kepatuhan dan ibadah. Iman adalah cahaya dan akidah. Sedangkan Ihsan adalah murāqabah (keintiman) dan musyāhadah (penyaksian). Sabda Nabi: “Ihsan adalah bahwa engkau mengabdikan diri kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Sekiranya engkau tidak (mampu) melihat-Nya, maka (yakinlah) Allah melihatmu.” (HR. Muslim)

Maka, siapapun yang kehilangan salah satu dari tiga pilar itu, keberagamaannya belum sempurna. Jadi, sasaran yang dibidik ilmu tasawuf adalah maqam ihsan, setelah seseorang memperbaiki islam dan imannya.

Dalam kitab Muqaddimah-nya Ibnu Khaldun berkata, “Tasawuf adalah salah satu di antara ilmu-ilmu baru dalam Islam. Asal mulanya ialah amal perbuatan generasi salaf dari para sahabat, tabi’in dan orang-orang sesudah mereka. Fondasi tasawuf ialah tekun beribadah, memutus semua jalan kecuali jalan menuju Allah, berpaling dari kemegahan dan kemewahan dunia, melepaskan diri dari sesuatu yang diinginkan oleh kebanyakan manusia seperti buaian harta dan pangkat, serta mengasingkan diri dari makhluk dan berkhalwat untuk beribadah. Ini semua adalah kebiasaan yang dilakukan para sahabat dan para ulama salaf. Kemudian, pada abad kedua dan seterusnya manusia mulai jatuh dan terlena dengan kesibukan duniawi. Nama sufi pun muncul untuk menjuluki orang-orang yang tekun beribadah.” [2]

Imam Abu al-Qasim al-Qusyairi mengatakan, “Ketahuilah bahwa kaum muslimin hingga sepeninggalan Rasulullah menyebut orang-orang yang paling utama di antara mereka dengan nama ‘sahabat’, tidak dengan selainnya. Sebab ketika itu tidak ada julukan yang lebih mulia selain nama ‘sahabat’. Setelah era sahabat, umat berselisih. Tingkatan ketakwaan mereka pun semakin beragam. Orang yang tekun menjalankan aturan agama disebut zahid (ahli zuhud) atau ‘abid (ahli ibadah). Kemudian muncullah berbagai bid’ah, dan setiap kelompok mengklaim bahwa di dalam kelompoknya ada orang-orang yang zuhud. Setelah itu, istilah tasawuf mulai digunakan oleh para ahli zuhud dari kalangan Ahli Sunnah, yang senantiasa memupuk hubungan dekat dengan Allah dan menjaga hati dari kelalaian. Istilah ini telah populer di kalangan mereka sebelum abad kedua hijriah.” [3]

Klik disini untuk selanjutnya—>

ivan

Ivan Agueli, Sang Pelopor Tasawuf di Eropa

Jika bertanya siapa yang pertama kali mengenalkan tasawuf di tanah Eropa? Ivan Agueli-lah jawabannya. Cendekiawan Muslim asal Swedia ini dikenal amat ahli dalam metafisika sufi dan mengenalkannya ke benua biru.

Ia dikenal dengan nama ‘Abd al-Hadi Aqhili. Agueli lahir pada 24 Mei 1869 di Sala, Västmanland, Swedia. Nama kecilnya John Gustaf Agelii, putra dari seorang dokter hewan Johan Gabriel Agelii.

Sejak muda, Agueli menunjukkan bakat seni yang luar biasa dan minat dalam sufistik agama. Pada 1879, ia belajar ke Gotland dan Stockholm.

Nama Ivan Agueli baru disematkannya pada 1889 ketika belajar melukis aliran simbolis dari pelukis Émile Bernard di Paris.

Bukan Agueli kalau tak menjadi musafir. Ia pun pindah lagi ke Stockholm pada 1890 kemudian kembali ke Paris pada 1892.

Jalan menuju Islam dimulai pada 1895 ketika ia pergi ke Mesir. Di sanalah ia memeluk Islam dan amat tertarik dengan agama ini.

Di negeri piramida pula, Agueli lahir menjadi sosok baru, cendekiawan Muslim. Pada 1902, ia menjadi mahasiswa Universitas al-Azhar di Kairo. Di sana Agueli belajar filsafat Arab dan Islam.

Ia juga mempelajari tarikat sufi pada seorang ulama mesir bernama ‘Abd al-Rahman al-Kabir Ilaysh. Agueli sempat menjadi penulis sebuah majalah Italia yang terbit di Kairo bernama an-Nadi.

Sebagai sufi, Agueli terkenal sebagai inisiator René Guénon dalam tasawuf dan expositor Barat awal tentang metafisika yang dibawa Ibn Arabi. Ia memang sangat mengagumi Ibn Arabi.

Sebagai pelukis sekaligus penulis, cendekiawan Muslim ini dikenal eksentrik. Banyak karya lukisan Agueli yang terkenal. Ilmu tasawuf yang ia kuasai rupanya ditumpahkan dalam kanvas.

Reputasi Agueli sebagai pelukis sangat ternama di Swedia. Ia dikenal sangat kreatif dan gemar melakukan perjalanan.

Dalam tulis-menulis, Agueli berkontribusi dalam buku World Wisdom serta menulis artikel Universality in Islam dalam kumpulan karya Universal Dimensions of Islam.

Dalam artikel tersebut, Agueli menggambarkan sifat universalisme Islam yang selalu mengajarkan kebijaksanaan.


(Baca juga : TQN Center Gelar Khalwat 40 Hari , Berbuat Kebaikan Dengan Menjadi Kontributor)


Hingga kini, Agueli sering kali menjadi objek penelitian tentang perbandingan agama. Bahkan, pada Februari 2011, artikelnya Universality in Islam dikaji dalam studi perbandingan agama yang kemudian diterbitkan kembali dalam bahasa Inggris dalam edisi Dimensi Universal Islam yang ditulis oleh Farid Nuruddin.

Dalam aliran sufi, Agueli dianggap mengarah pada tradisi Malamatiyyah. Tradisi tersebut mengajarkan seseorang untuk merasa hina agar dapat meredam amarah.

Dalam praktiknya, Malamatiyah banyak yang terjerumus negatif hingga terlalu ekstrem. Namun, Agueli menerapkannya dengan taraf biasa yang lumrah.

Dia juga memiliki minat pada ajaran esoteris. Yakni, hanya dimengerti beberapa orang tertentu. Esoteris mengacu pada batin, hakikat, dan substansi.

Dalam ajaran sufi, Islam Esoteris bermakna ajaran agama yang menekankan aspek batin sebagai inti beragama. Aspek batin bertujuan pencapaian hidup selamat dan sejahtera dengan mendekatkan diri kepada Allah.

Ajaran esotris ini tidak mempermasalahkan simbol agama lain dan tidak memperdebatkan syariat sebagai tujuan. Namun, tidak pula menganggap enteng syariat.

pondok-pesantren-suryalaya-1-670x400

Sekretariat Pontren Suryalaya Rilis Pelaksanaan Shalat Sunat Rajab 1439 H

Jakarta – Guru Mursyid Thariqah Qadiriyyah Naqsyabandiyyah PP Suryalaya, KH. Ahmad Shahibul Wafa Tajul Arifin (qs) pada tanggal 1 Juni 1982 menandatangani maklumat No: 88.PPS.XI.1995  tentang ibadah shalat sunat Rajab. Pelaksanaan ibadah ini merujuk pada kitab al-Ghunyah Li Thalibi Thariqi al-Haq karya Tuan Syaikh Abdul Qadir al-Jailani (qs).

Berdasarkan rilis yang dikeluarkan Sekretariat PP Suryalaya Februari, shalat sunat Rajab tahun 1439 H / 2018 M, Insya Allah akan dilaksanakan pada,

  1. Malam tanggal 1 Rajab (Ahad malam tanggal 18 Maret),
  2. Malam Jum’at pertama bulan Rajab (Kamis malam tanggal 22 Maret),
  3. Malam tanggal 15 Rajab (Ahad malam tanggal 1 April), dan
  4. Malam terakhir bulan Rajab (Ahad malam tanggal 15 April)

Dalam rilis yang redaksi terima dijelaskan tata cara; niat, bacaan dan jumlah rakaat serta dan doa-doa yang disarankan. Bacaan tasbih 10 hari pertama adalah Subhanallahil Hayyul Qayyum, sedangkan pada 10 hari yang kedua (11-20 Rajab) adalah Subhanallahil Ahadush Shamad dan Subhanallahir Rauuf pada 10 terakhir (21-akhir Rajab).

Untuk lebih lengkapnya KLIK link Dibawah ini :

Jadwal Pelaksanaan Shalat Sunat Rajab 1439 H

khalwat-325x325

TQN Center Jakarta Gelar Khalwat 40 Hari

Jakarta – TQN Center Jakarta tahun ini kembali menyelenggarakan program khalwat 40 hari. Program rutin setiap dua tahun ini rencananya akan dimulai pada Rabu, (21/03) sampai dengan Senin (30/04) dan dihelat di Masjid al-Mubarak, Rawamangun, Jakarta Timur.

Ketua pelaksana Ust. H. Andhika Darmawan menyampaikan program  khalwat 40 hari adalah upaya mencetak kader muballigh, muharrik & muaddib unggulan TQN Suryalaya. “Kami mengundang para ikhwan TQN Suryalaya dari berbagai daerah untuk datang ke Jakarta mengikuti khalwat, terbatas untuk 25 peserta,” ujarnya.

Ia selanjutnya memaparkan syarat mengikuti program khawat. “Peserta adalah muballigh atau aktifis dakwah, laki-laki berusia tujuh belas hingga lima puluh lima tahun, dalam kondisi sehat, lancar membaca al-quran dan memiliki surat rekomendasi dari korwil atau perwakilan,” pungkas Ketua Bidang Amaliyah YSB Suryalaya Korwil DKI Jakarta.

Sementara itu sekretaris pelaksana, Ust. H. Handri Ramadian menjelaskan selama 40 hari latihan yang dilakukan adalah; puasa, dzikir, shalat, baca al-quran, mengurangi tidur serta mengikuti pelatihan peningkatan kompetensi diri. “Insya Allah pelatihan peningkatan kompetensi akan diisi oleh berbagai narasumber yang berkompeten,” ujarnya saat rapat persiapan.

Program khalwat mendapatkan respon yang positif dari berbagai pihak. Salah satunya dari Drs. Asep Haerul Gani, psikolog yang mendalami dzikir tarekat. “Program khalwat telah terbukti membuat pesertanya berubah,” ujar ia mengomentari.

(baca juga : Kursus Pendalaman Tasawuf di TQN CenterMenjadi Kontributor Manaqib)

“Saya sangat merasakan sekali manfaat khalwat empat puluh hari ini. Silahkan teman-teman yang ingin merasakannya juga,” ujar Syarifuddin Manaf, alumni khalwat angkatan ke-4

Berdasarkan rilis yang redaksi terima, hingga hari ini sudah terdaftar 20 peserta dari berbagai daerah, antara lain; Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Barat, Banten, bahkan ada yang dari Malaysia. Sementara, kepanitian melibatkan alumni khalwat yang telah mencapai 4 angkatan.

Program ini memerlukan kesiapan yang matang baik dari panitia maupun peserta. Empat puluh hari adalah waktu yang cukup panjang melakukan riyadhah secara terstruktur. Jumlah peserta dibatasi untuk mendapatkan hasil yang maksimal sesuai dengan situasi dan kondisi di TQN Center Jakarta.

Di akhir rapat persiapan, Ust. H. Andhika mengajak rekan-rekan yang belum berkesempatan ikut program khalwat, untuk berpartisipasi menyukseskan kegiatan ini. Bisa dengan pikiran, tenaga, materi bahkan doa. “Semoga ini menjadi khidmat kita kepada Hadhratus Syaikh Pangersa Abah untuk memunculkan kader-kader muballigh, muharrik dan mu’addib yang unggul,” pungkasnya.

Anda berminat? Silahkan hubungi 0821-4884-6881.