IMG-20181007-WA0023

Manaqib di Baitul Akhfa, Kyai Wahfiudin Bahas Tentang Ilah

Bogor – Pagi ini, Ahad (7/10) Pengurus Yayasan Serba Bakti (YSB) Pontren Suryalaya Perwakilan Bogor menyelenggarakan Manaqib Syaikh Abdul Qadir al-Jailani (qs). Kegiatan bulanan yang rutin diadakan tiap hari ahad, dua pekan setelah manaqib di Suryalaya ini dihadiri sekitar 500 ikhwan TQN Suryalaya di Bogor dan sekitarnya.

“Manaqib di Masjid Baitul Akhfa Bojong Gede Bogor rutin setiap bulan. Patokannya 2 pekan setelah Suryalaya,” ujar Ustadz Heri pengurus DKM.

“Alhamdulillah manaqib sekarang dihadiri dua wakil talqin Suryalaya, Kyai Wahfiudin Sakam dari Jakarta dan Ajengan Aah dari Cianjur. Kyai Wahfiudin menyampaikan khidmat ilmiah, sedangkan Uwa Aah bagian talqin dzikir di wisma,” sambung ia menjelaskan.

Dalam kajiannya Kyai Wahfiudin mengingatkan makna Ilah. Menurut Mudir Aam JATMAN Ilah bukan bermakna Tuhan pencipta alam semesta. “Jika maknanya pencipta alam semesta, itu Rabb, Rabbul ‘Alamin,” terangnya.

“Ilah sesungguhnya adalah sesuatu yang kita cintai, kita kejar lalu kitu turuti. Kita segala-galakan. Dan Ilah itu bisa jadi harta, popularitas, orang-orang sakti, bahkan diri kita,” lanjut Wakil Ketua Komisi Pendidikan MUI Pusat.

Berdasarkan uraian yang disampaikan, dzikir yang paling utama adalah kalimat tauhid untuk menafikan ilah-ilah palsu yang telah lama bersarang dalam diri kita.

“Terlebih lagi kalimat tauhid ini telah ditanamkan oleh Guru Spiritual Pangersa Abah Anom.”

“Apa yang beliau ajarkan itu musalsal silsilahnya, tersambung kepada guru sebelumnya hingga Syaikh Abdul Qadir al-Jailani , terus hingga sampai ke Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi Wasallam,” tegasnya.

Di akhir khidmat ilmiah Mudir Aam JATMAN mengajak seluruh jamaah mempraktekkan dzikir yang ngabeg-beg, artinya dzikir yang bukan keras ke luar namun kuat ke dalam, sehingga masuk ke dalam qalbu.

Pemalang-670x440

Manaqib di Pemalang: Mursyid Kita Abah Anom

Pemalang – Selesai acara di Karawang, Kyai Wahfiudin melanjutkan perjalanan ke Pemalang untuk menghadiri manaqib dan pengajian umum peringatan tahun baru Islam 1440 hijriyah.  “Dari Karawang pukul setengah satu, tiba di pemalang jelang shubuh pukul empat, disambut oleh Ustadz Wahyu Hidayat,” ujar Anis, staf yang mendampingi dalam perjalanan.

Sekitar pukul 09.00 wib, Mudir Aam JATMAN ini menuju lokasi acara di Masjid Baiturrohman di Desa Kedungbanjar, Kecamatan Taman. Dalam kajiannya Kyai Wahfi mengupas pengertian tentang qalbu. Menurutnya qalbu mempunyai dua pengertian, qalbu secara fisik dan qalbu secara ruhani.

“Qalbu secara fisik atau jismani adalah jantung. Sedangkan qalbu secara ruhani adalah hati nurani,” tukasnya. “Di dalam qalbu ruhani ada fungsi kesadaran, kecerdasan, ingatan, perasaan, iman maupun iradah. Maka penting bagi kita untuk menjaga kebersihan qalbu agar selalu tercahayai,” lanjut ia menjelaskan.

Saat menjelaskan dinamika yang terjadi selepas wafatnya syaikh mursyid, wakil talqin Abah Anom ini menegaskan jika kemursyidan TQN Suryalaya masih dipegang oleh Abah Anom. “Jika di luar sana ada yang mengaku Mursyid TQN Suryalaya, kita tetap berpegang teguh dengan Abah Anom. Lakukan saja terus amalan yang beliau berikan, Insya Allah kita akan selamat dunia-akhirat,” tegasnya.

Acara ditutup selesai shalat zhuhur dan talqin dzikir.

Fasilitasi Kebangkitan Lombok dengan Membangkitkan Daya Hidup Penyintas (2/2)

Ditulis oleh Drs. Asep Haerul Gani, ikhwan TQN Pontren Suryalaya yang menekuni dunia psikologi. Selama 2 hari (11/9 sd 12/9) ia berada di Lombok berbagi kisah penanganan korban bencana untuk para penyintas. 


Rabu, 12 September 2018

Usai sarapan pagi, tim SS SAIM yang dipimpin Ustadz Aziz dan pemandu Fitri menyusuri Dusun Suka Damai, berkunjung dari satu rumah ke rumah warga dan mewawancarai mereka. “Kami sangat perlu bantuan untuk membangun hunian sementara, agar kami bisa pulih secepatnya. Untuk kebutuhan pangan dan pakaian, alhamdulillah masih dapat terpenuhi,” pernyataan sebagian besar warga yang ditemui Tim. Kegiatan pengumpulan data dengan pengamatan, pemotretan, pembuatan video dan wawancara terhadap sekitar 30 warga RT 03 Suka Damai selesai dilakukan pukul 10.00 Wita.

Pukul 11.00 hingga 13.00 Wita, tim SS SAIM berjumpa dengan 16 Relawan Mandiri warga Dusun Suka Damai. “Usai gempa, pekerjaan kami membantu Bu Fitri menyalurkan bantuan atau paket bantuan ke warga yang terkena gempa” kata Junaidi, yang diamini oleh semua peserta. “Saat ini kami membantu warga untuk merobohkan dan merapikan puing-puing rumah” kata Salwan. Pernyataan Salwan diiyakan oleh Abdul, Mughni, Farhan, Zul. “Kami ingin dusun kami segera pulih seperti sediakala” kata peserta, ” Kami siap mendukung upaya-upaya apapun yang dapat mempercepat pemulihan dusun kami”.

Saya memandu relawan untuk memahami tentang upaya apa yang dapat mereka lakukan untuk pemulihan psikososialreligi. Tema Psychological First Aid, Critical Incident Stress, Gangguan Stress Pasca Trauma dibahas, didiskusikan dan sekaligus dipetakan oleh relawan. “Ternyata… apa yang saya rasakan itu dirasakan juga oleh teman-teman yang lain, ta pak?! Tadinya saya pikir saya sudah aneh” ujar seorang peserta dan ditanggapi dengan tertawa gemuruh.

Para relawan menjadi paham bentuk respon normal dari penyintas dan respon yang menandakan perlu bantuan. “Di dusun saya, ada seorang anak yang memenuhi seluruh tanda mengalami gangguan stress oasca trauma” kata Elvi, Guru SD. “Saya melihat mertua tetangga saya tampaknya alami gangguan pasca trauma, lebih dari sebulan ia menunjukkan tanda jni” kata Badrun.

Menjelang Ashar, ustadz Aziz dan Tim berdiskusi atas temuan yang ada, mengolahnya menjadi program yang dapat dilakukan selama 6 bulan ke depan. Program-program disusun berdasarkan kelompok Fisik , Sosial, Ekonomi, Pendidikan, Psikoklogis dan Religi. Malam hari, tim sudah bermusyawarah dengan warga dan ta’mir mushola untuk membangun mushola yang layak dan dapat digunakan hingga 3 tahun ke depan.

Saya belajar dari tim SS SAIM ini, ternyata pelibatan warga untuk menyelesaikan masalah mereka dan membangun dusun mereka pun memberikan efek penyembuhan. Senyum mereka lebih berkembang dari malam pertama. Harapan hidup pada diri warga dusun Suka Damai semakin berkembang. (repost artikel : tqqnews.com)

AHG1-670x440

Fasilitasi Kebangkitan Lombok dengan Membangkitkan Daya Hidup Penyintas (1/2)

(Repost : TQNNews.com)

Ditulis oleh Drs. Asep Haerul Gani, ikhwan TQN Pontren Suryalaya yang menekuni dunia psikologi. Selama 2 hari (11/9 sd 12/9) ia berada di Lombok berbagi kisah penanganan korban bencana untuk para penyintas. 


Selasa, 11 September 2018

Selasa sore usai memandu Workshop Dai Tanggap Bencana di Masjid Dewan Dakwah Islamiyah Mataram, Kijang Inova putih sudah parkir di depan masjid. Ustadz Aziz , Direktur Pendidikan Sekolah Alam Insan Mulia (SAIM) bersama Ustadz Muchib, Ustadz Eko, Ustadz Fathoni, Fitri relawan Seribu Senyum (SS) dan Zul relawan mandiri dusun Suka Damai, menyambut dan membawa saya ke Desa Santong, Kecamatan Kayangan, Kabupaten Lombok Utara.

Perjalanan sekitar 111 km melewati jalur pintas Gunungsari itu ditempuh dalam waktu 2,5 jam.

Usai shalat maghrib di hunian sementara Pak Rum yang dijadikan Posko SS SAIM, Ustadz Aziz mengingatkan tim, “Kita ingin masyarakat Suka Damai ini berdaya, sehingga bantuan yang diberikan mempercepat hasrat mereka untuk bangkit bahkan lebih baik dari sebelumnya”. Di mushola darurat berbentuk tenda dari terpal dengan menggunakan alas, lantai mushola lama yang dindingnya sudah dibongkar, tim SS SAIM sarasehan dengan 20 Kepala Keluarga di RT 03 Dusun Suka Damai. Sarasehan ini dihadiri oleh Sekretaris Desa Santong. Ia menyatakan, “Kami atas nama warga mengucapkan terima kasih kepada SS yang telah memberikan ragam bantuan hingga sekarang”.

Dari urun rembug warga diketahui kebutuhan paling banyak dari warga adalah membangun brumah hunian yang dapat digunakan hingga 3 tahun ke depan, sementara mereka mengumpulkan biaya untuk membangun kembali rumah yang sudah hancur. Ada 2 warga yang berkata, “kami masih memerlukan bantuan pangan, karena kami belum memiliki uang, kami tak punya pekerjaan pasti,” ungkap mereka. (repost : tqqnews.com)

Karawang-670x377

Perwakilan Karawang Gelar Manaqib, Kyai Wahfiudin Sampaikan Kajian Tentang Nafs

Karawang – Pengurus Yayasan Serba Bakti (YSB) Pontren Suryalaya Perwakilan Karawang Sabtu kemarin (15/9) menyelenggarakan riyadhah Dzikir Khatam dan Manaqib Syaikh Abdul Qadir al-Jailani (qs). Kegiatan yang dihelat di Masjid Agung Syaikh Quro dihadiri oleh wakil talqin Kyai Wahfiudin Sakam.

Ketua YSB Pontren Suryalaya Perwakilan Karawang H. Rachmat Hidayat mengucapkan syukur atas kehadiran Kyai Wahfiudin. “Alhamdulilah beliau bisa hadir ditengah-tengah kita. Insya Allah akan ada talqin dzikir,” ujarnya. Sementara itu Ust. Anding Mujahidin menyampaikan rangkaian acara yang dimulai saat waktu maghrib. “Kegiatan dimulai dengan shalat maghrib berjamaah dilanjutkan dengan dzikir khatam, shalat Isya lalu manaqib,” kata Penasehat Perwakilan Karawang.

Kyai Wahfiudin tiba di masjid sekitar pukul 21.30 wib. “Perjalanan ke Karawang ditempuh dalam waktu tiga jam. Di tol macet, keluar tol juga macet. Akhirnya naik ojek dan ojek pun macet,” ujarnya. Mudir Aam JATMAN ini akhirnya memutuskan berjalan kaki bersama panitia menuju masjid karena alun-alun dipenuhi oleh warga yang sedang merayakan hari jadi Karawang ke-381. “Alhamdulillah akhirnya sampai juga di sini tepat pada waktunya,” pungkasnya sebelum memulai kajian.

Dalam kajiannya Kyai Wahfiudin mengingatkan jangan melihat diri kita semata mata adalah tubuh biologis. Menurut Wakil Ketua Komisi Pendidikan dan Kaderisasi MUI Pusat ini, orang yang memiliki pemahaman bahwa diri ini sebatas tubuh biologis maka ia sudah terjebak dalam paham materialistik. Dengan begitu kematian menjadi akhir segala-galanya karena kematian adalah kemusnahan.

“Diri sejati manusia adalah ruh, yang mati hanyalah basyar. Kematian adalah pintu gerbang indah yang mempertemukan kita dengan Sang Kekasih,” terangnya.

“Maka kematian bukanlah sesuatu yang ditakuti bagi orang-orang yang merindui Allah, merindui akhirat dan mereka menyibukkan diri dengan banyak mendzikirkan Allah,” pungkasnya.  Kajian diakhiri dengan talqin dzikir.

IMG-20180823-WA0018-670x440

Talqin Dzikir Disampaikan di Kamp Pengungsian Kecamatan Pemenang, Lombok Utara

Lombok – Pagi ini, Kamis (23/8) selepas shalat shubuh Kyai Wahfiudin diminta untuk menguatkan mental dan spiritual para pengungsi di Kec. Pemenang Kabupaten Lombok Utara.

“Beliau dari semalam ikut bergabung dengan para pengungsi, tidur di tenda-tenda yang telah disediakan. Ada sekitar 3.765 pengungsi yang terdaftar,” kata Anis.

Banyak yang masih khawatir akan terjadinya gempa susulan sehingga masyarakat lebih nyaman tinggal di pengungsian. Terlebih lagi rumahnya telah hancur, rata dengan tanah.

Kyai Wahfiudin menyampaikan turut berduka dan berdoa atas korban gempa. “Mohon maaf dari awal saya tidak bisa langsung turun ke Lombok Utara karena saat itu masih di Moskwa,” terang Mudir Aam JATMAN.

Selesai shalat shubuh wakil talqin Abah Anom ini memberikan pemahaman tentang musibah kepada jamaah. Musibah menurut Wakil Ketua Komisi Pendidikan dan Kaderisasi MUI Pusat ini mempunyai banyak makna, salah satunya adalah bentuk kasing sayang Allah swt kepada hambanya.

Di akhir paparannya beliau meyampaikan talqin dzikir atau pembelajaran dzikir kepada para pengungsi ini. Praktek dzikir yang tembus ke dalam qalbu menggelora di tenda pengungsian. Selesai dzikir kru membagikan buku panduan dzikir (Uquudul Jumaan) untuk seluruh jamaah.

berkurban tanda cinta

Tanda dan Bukti Cinta Dengan Berkurban

Qurban.Jangan mengaku emas bila takut api. Cara ampuh untuk membuktikan sesuatu itu emas sungguhan atau bukan adalah dengan membakarnya hingga lumer dan mencair. Semua material yang bukan emas akan mengapung di permukaan. Hanya cairan emas yang mengendap di bawah. Rupanya, menjadi mulia memang tak cukup hanya dengan pengakuan, dibutuhkan adanya pembuktian. Apalagi cinta. Tak ada cinta tanpa pengorbanan.

“Apakah manusia-manusia itu menyangka, mereka akan dibiarkan saja berkata: ‘kami beriman!’, padahal mereka belum diuji.” (QS al-Ankabut/29:2).

Nabi Ibrahim diuji dengan ujian yang sangat berat. Sudah mendekati seratus tahun usianya, belum juga dikaruniakan anak. Ketika akhirnya Siti Hajar melahirkan Ismail, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk meninggalkan Siti Hajar dan bayinya, Ismail, di lembah Bakka (kemudian dikenal Makkah), lembah yang dikelilingi gungung-gunung batu di tengah gurun pasir yang panas dan kering kerontang, tanpa ada pepohonan dan pemukiman. Hingga belasan tahun kemudian, Nabi Ibrahim diperintahkan menjenguk kembali isteri dan anaknya itu.

Dari Kan’an (sekarang Palestina) Nabi Ibrahim berjalan waswas. Khawatir yang akan dijumpainya di Makkah nanti hanya sisa-sisa tulang belulang isteri dan anaknya yang sudah mati kekeringan. Tetapi itu tidak terjadi. Nabi Ibrahim mendapati Ismail, anak lelaki semata wayang, telah tumbuh menjadi pemuda yang tegap dan rupawan.

Nabi Ismail adalah blasteran (indo). Ayahnya, Nabi Ibrahim, berasal dari negeri al-Urr (di bagian Selatan Iraq) yang termasuk etnis Persia. Posturnya tinggi dan berkulit putih. Ibunya, Siti Hajar, mantan budak negro dari Ethiopia (Arab – Habsyah, Latin – Abessinia) yang dijual ke Mesir, lalu dimerdekakan oleh Siti Sarah (isteri pertama Nabi Ibrahim). Posturnya juga tinggi dan tegap. Maka wajar Nabi Ismail yang keturunan campuran dari keduanya itu juga bertubuh tinggi, tegap dan gagah, serta berkulit terang tampan rupawan.

Bersuka citalah Nabi Ibrahim saat menjumpai anaknya yang sudah tumbuh menjadi pemuda gagah rupawan itu. Tetapi di malam harinya, melalui mimpi, Nabi Ibrahim mendapat perintah dari Allah SWT untuk menyembelih sang putra. “Wahai putraku, melalui mimpi aku mendapatkan perintah dari Tuhanku untuk menyembelih engkau, bagaimana pendapatmu?”

Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar,” (QS ash-Shaffaat/37:102).

Sang putra menjawab: “Lakukanlah apa yang diperintahkan kepada ayah; akan ayah lihat, insya Allah, aku termasuk orang yang tabah”. Jawaban itu menunjukkan sikap pasrah dalam taat kepada Allah SWT. Jawaban yang berbasis tawhid. Ismail tahu betul, iman tidak bermakna kecuali dengan pengorbanan. Tiada ketaatan tanpa pengorbanan. “Kurban adalah puncak pengabdian penuh cinta dari seorang hamba kepada Allah, kekasihnya”.

Pengorbanan Sang Ibu
Tapi, bukankan Nabi Ibrahim sudah meninggalkan sang putra sejak saat bayinya, dan baru kali itu berjumpa lagi? Lalu siapa yang menta’dibkan jiwa tawhid pada pada sang putra? Siapa lagi kalau bukan ibunya, Siti Hajar. Siapa itu Siti Hajar? Mantan budak (kelas sosial terendah), orang negro Ethiopia yang hitam. Oh…, rupanya hitam kulitnya, tetapi di dalam qalbu sang ibu ada jiwa tawhid yang putih bersinar. Ia mantan budak rendahan, tetapi di dalam jiwanya ada cahaya iman yang cemerlang, yang memuliakannya di hadapan Allah SWT dan manusia.

Demi cintanya kepada Allah SWT, kepada sang suami, juga kepada sang bayi yang baru dilahirkannya, Siti Hajar rela berkorban menjalani hidup yang keras ditinggal di lembah Bakka yang panas dan kering kerontang. Pengorbanan yang aktif, bukan sekadar pasrah bongkokan. Ia berkeliling, bahkan mendaki bukit Shafa dan Marwah berulang-ulang untuk mencari air minum. Sa’i berasal dari kata sa’aa yang artinya berjuang mencari penghidupan (striving for the life). Akhirnya, demi cintanya kepada Allah pula ia rela melepas Ismail sang putra untuk dikorbankan oleh suaminya.

Banyak kaum rendahan di negeri ini telah berkorban untuk keutuhan dan kesejahteraan bangsanya. Para petani, penggembala, nelayan dan buruh berupah rendah, bekerja siang dan malam untuk penghasilan yang tak seberapa, namun profit margin terbesar dinikmati oleh para saudagar besar di kota besar, juga pejabat birokrat pengutip pajak yang selalu dianggap bermartabat. Dengan bismillah mereka mengawali kerja, demi iman kepada Allah mereka berusaha. Mereka tahu, usaha mereka hanya memberikan hasil yang tak seberapa di dunia, tapi itulah ibadah. Mereka tahu “kurban adalah puncak pengabdian penuh cinta dari seorang hamba kepada Allah, kekasihnya”.

Kita adalah ayah dan ibu bagi anak-anak bangsa ini. Ada yang dhu’afa (lemah secara intrinsik, mungkin karena terlahir cacat dan membawa penyakit turunan), tapi ada juga yang mustadh’afiin (lemah karena terlemahkan!). Mereka adalah orang-orang yang sehat dan kuat jismani rohani, inetelektual dan emosional, tetapi sistem sosial telah melemahkan mereka. Kebijakan ekonomi dan politik meminggirkan mereka. Mereka adalah anak-anak bangsa yang lemah dan terlemahkan. Ayah dan ibu yang baik adalah ayah ibu yang rela berkorban untuk anak-anaknya yang lemah. Kalau betul mencintai Allah cintailah Rasulullah; kalau betul mencintai Rasulullah cintailah orang-orang yang dicintai Rasulullah, mereka adalah para dhu’afa dan mustadh’afiin. Ayo kita berkurban karena “kurban adalah puncak pengabdian penuh cinta dari seorang hamba kepada Allah, kekasihnya”.

“To Love is To Sacrifice” – “Mencintai adalah Berkurban”
Ketika Ismail sudah dibaringkan tengkurap, karena kalau ditelentangkan sang ayah tak akan sanggup menatap wajah si anak yang dicintainya, dan pedang pun sudah terangkat tinggi-tinggi siap untuk ditetakkan, Allah SWT berkata: “Cukup! Itu hanya ujian bagimu. Akankah cinta dan taatmu kepada Tuhan akan terkalahkan oleh cintamu kepada anak yang sangat rupawan itu”. Allah SWT pun memunculkan seekor kambing besar untuk disembelih sebagai pengganti.

Dalam mencintai Allah tak boleh ada kesetiaan yang terpecah. Harus dipilih, yang mana yang Paling Dicintai, selebihnya hanya boleh berada pada urutan berikutnya. Yang berikutnya pun, kalaupun dicintai juga, harus dengan merujuk (ada referensi) pada cinta kepada Allah.

Katakanlah: “Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik. (QS at-Tawbah/9:24).

Damm artinya darah. Dengan berkurban maka tertumpahlah darah yang menjadi simbol kehidupan. Beberapa ibadah dalam Islam, kalau terjadi pelanggaran dalam pelaksanaan ibadah tersebut, upaya menutup (kaffarah) pelanggaran itu adalah dengan menumpahkan darah melalui penyembelihan hewan. Kaffarah dengan damm. Bukan berarti Allah SWT, Tuhan umat Islam, atau ajaran Islam itu sendiri, sangat menyukai darah, atau senang dengan pertumpahan darah. Darah adalah kehidupan. Demi bakti dan taat dalam beribadah kepada Allah seorang muslim harus melakukannya dengan penuh kesungguhan, sepenuh ia menjalani kehidupan ini. Seorang muslim pun rela kehilangan kehidupannya di dunia ini demi ibadahnya kepada Allah SWT, karena kehidupan yang hakiki adalah kehidupan di sisi Allah SWT. Siapa yang sungguh-sungguh mencintai Allah maka berkurbanlah. “Kurban adalah puncak pengabdian penuh cinta dari seorang hamba kepada Allah, kekasihnya”

Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS al-Hajj/22:37). (Ditulis oleh KH. Wahfiudin Sakam).

Screenshot_20180805-152542_Instagram-670x440

Selamat, Pengurus LD TQN Periode 2018-2023 Dikukuhkan.

Tasikmalaya – Sejumlah Pengurus Lembaga Dakwah Tarekat Qadiriyyah Naqsyabandiyyah (LD-TQN) Pondok Pesantren Suryalaya dikukuhkan, Sabtu (4/8) di Aula Tarminah Bakti Kampus Latifah Mubarokiyah Pondok Pesantren Suryalaya.

Ketua LD-TQN Pontren Suryalaya terpilih, Dr. Muhamad Kodir mengucapkan terima kasih kepada pimpinan Pontren Suryalaya yang telah memberikan kepercayaan kepadanya untuk menjadi ketua periode 2018-2023.

“Atas nama pribadi saya mengucapkan terima kasih atas kepercayaan yang telah diberikan. Selanjutnya kami memohon doa dan bimbingannya, agar kami dapat melaksanakan tugas yang berat namun mulia ini,” imbuhnya.

Dalam hal tugasnya sebagai pengurus LD-TQN, ia menyebutkan diantara tugas yang harus dilakukan adalah memfasilitasi orang-orang untuk belajar mendekatkan diri kepada Allah. “Tugas kita adalah ikut memfasilitasi orang-orang yang ingin belajar ma’rifat kepada Allah Swt., sebagai tujuan utama hidup ini,” pungkasnya.

Sementara itu ketua demisioner, Dr. Ajid Thohir, menyampaikan ucapan selamat kepada ketua terpilih dan menyampaikan harapan-harapannya. “Meskipun tidak seberapa, semoga apa yang telah kami lakukan di LD-TQN selama empat tahun ini dapat diterima sebagai wujud khidmat kami kepada Guru Agung Syekh Ahmad Shohibulwafa Tajul ‘Arifin ra., yang menjadi Wali Mursyid kami. Karena sesungguhnya itulah tujuan kami, tuturnya.

H. Baban Ahmad Jihad, selaku Dewan Pembina juga menyampaikan harapannya kepada pengurus yang baru. Ia berharap pengurus yang telah dilantik bisa mengikhlaskan hati dalam bekerja.

“Insya Allah, Allah akan membimbing kita, melalui berkah dan karamah Hadrati Syeikh Ahmad Shahibul Wafa Tajul Arifin,” tutupnya.

35988511_878980475619490_3481976887910072320_n

Pangersa Abah diizinkan Allah swt Menukar Ajal Murid Kesayangannya

Andalan TQN Suryalaya pd era ’80-an adalah Ajengan Dahlan dari Cianjur. Sosoknya gagah & memiliki semangat khidmat yg luar biasa. Saking besar semangat khidmatnya beliau pernah menyatakan telah menginfaqkan dirinya utk Pangersa Abah. Dan beliau buktikan dgn perjuangan khidmat & dakwah TQN Suryalaya dgn ikhlas tanpa mengenal lelah.
Suatu saat Pangersa Abah mengujinya.

Pada tengah malam Ajengan Dahlan menerima telepon dari Ponpes Suryalaya, memintanya datang untuk menemui Pangersa Abah. Menduga ada tugas penting yg sangat mendesak, segeralah Ia berangkat. Tiba di Suryalaya beliau langsung menemui Pangersa Abah. Ternyata Pangersa Abah malah menyuruhnya kembali ke Cianjur. Maka Ajengan Dahlan segera pulang saat itu juga ke Cianjur dgn rasa suka cita tanpa keluh kesah sedikit pun. Subhaanallaah!

Dalam kesempatan lain, ketika selesai mushafahah dgn Pangersa Abah, tiba-tiba Ajengan Dahlan merasa pusing kleyengan lalu terjatuh tidak sadarkan diri. Para ikhwan & petugas yg ada di madrasah langsung sigap membantu & menggotong tubuh Ajengan Dahlan.

Pangersa Abah pun langsung bersabda, “Segera bawa ke Manel.. Bawa ke Manel.” Orang-orang yang menggotong tubuh Ajengan Dahlan menjadi heran. Kenapa Pangersa Abah malah memerintahkan agar membawanya ke RS Immanuel Bandung? Kenapa tdk membawanya ke RS Tasikmalaya saja yg jaraknya lebih dekat? Namun demikian mereka tetap langsung membawanya ke Bandung.

Setiba di RS Immanuel Bandung, Ajengan Dahlan di bawa ke ruang UGD. Di sana ternyata bersebelahan dgn Haji Fulan sesepuh ikhwan TQN Suryalaya dari Dayeuh Kolot Bandung. Usia beliau sdh lebih dari 80 thn & juga dlm keadaan tdk sadarkan diri.

Tidak lama kemudian dlm keadaan tdk sadarkan diri, Ajengan Dahlan seperti mengigau; “Siapa yg harus saya ikuti.. Siapa yg harus saya ikuti?”

Tidak lama kemudian dalam keadaan tidak sadarkan diri, Ajengan Dahlan seperti mengigau, “Siapa yang harus saya ikuti?… Siapa yang harus saya ikuti?”

Lalu Ajengan Dahlan yg masih tdk sadarkan diri itu kembali terdiam.

Bersambung….

abah-anom-copy-700x336

Doa Tujuh

  1. Allahumma yâ qâdhiyal hâjât
    Wahai Allah, Pemenuh segala hajat…

Ya, Allah… sebagai hambaMu yang lemah tiada daya,
kami memiliki banyak hajat dan keperluan… penuhilah hajat-hajat dunia kami, juga hajat-hajat akhirat kami…

  1. Allahumma yâ kâfiyal muhimmât
    Wahai Allah, Pencukup segala kepentingan…

Cukupkanlah kepentingan hidup rumah tangga kami…
Cukupkanlah kepentingan pendidikan anak-anak kami…
Cukupkanlah kepentingan pekerjaan, karir, usaha, dan profesi kami…
Cukupkanlah kepentingan ibadah kami…
Cukupkanlah bekal kami untuk berhaji, sebelum berjumpa mati…

  1. Allahumma yâ dâfi‘al baliyyât
    Wahai Allah, Penolak segala bala’…
    Penepis segala bencana…

Jauhkanlah kami, dari berbagai bala’ dan bencana…
– baik bencana natural (alam), maupun bencana moral…
– baik bencana finansial (keuangan), terlebih lagi bencana spiritual (keimanan)…
Jauhkan kami, dari bencana rumah tangga, ya Allah…

  1. Allahumma yâ râfi‘ad darajât
    Wahai Allah, Pengangkat derajat…

Peninggi martabat…
Angkatlah derajat dan martabat kami…
Muliakanlah kami, beserta semua anak, cucu, dan keturunan kami…
Muliakanlah umat Muhammad ini di hadapan umat-umatMu yang lain…
Jangan Engkau perhinakan kami, hanya karena…
adanya dosa dan maksiat yang telanjur kami buat…
Tutuplah segala cacat, aib, cela, dan kekurangan-kekurangan kami…

  1. Allahumma yâ syâfiyal amrâdl
    Wahai Allah, Penyembuh dari segala penyakit…

Sembuhkan, dan jauhkan kami, dari penyakit-penyakit jismani…
juga penyakit-penyakit ruhani…
Jauhkanlah kami, ya Allah, dari penyakit malas, pelit, dan munafik…

  1. Allahumma yâ mujîbad da‘awât
    Wahai Allah, Penjawab segala doa…

Pengabul segala permohonan
Dengar dan perkenankanlah permintaan-permintaan kami…

Sampaikanlah kami…pada maksud-maksud dan tujuan-tujuan…
Sampaikanlah anak-cucu dan keturunan kami…
pada cita-cita dan harapan-harapan…

  1. Allahumma yâa arhamar râhimîn
    Wahai Allah, Maha Penyayang di antara para penyayang

Sayangilah kami ya Allah…
Jadikanlah kami orang-orang yang Engkau cintai,
sekaligus orang-orang yang mampu untuk saling mencintai…
Sayangilah kami ya Allah…

Yang dengan kasih sayangMu…
Engkau maafkan semua dosa dan kesalahan kami…

Ya, Allah… sebagaimana Engkau selalu memaafkan dan mengampuni kami, jadikan pula kami orang-orang yang mudah memaafkan
dan mengampuni orang lain…
Angkatlah segala iri dan dengki, marah dan benci, dari hatinurani kami…
Jauhkanlah segala dendam dari diri kami.

(Sumber Artikel : TQNNews.com)